Our Blog
keputusan bahtsul masail syuriysh NU jawa timur\
KEPUTUSAN BAHTSUL
MASAIL SYURIYAH NU
WILAYAH JAWA TIMUR
DI PP ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAN
TGL 22-23 NOPEMBER
1981
Mas’alah:
Kalau
ulama aswaja / NU telah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar apakah ulama yang
bukan aswaja sudah terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi
munkar dan sebaliknya?
Jawab:
Sudah
terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi munkar, selama amar
ma’ruf nahi munkar dilakukan sesuai dengan aturannya.
Dasar Pengambilan Dalil:
Ahkamu Fuqoha, :
11/105 soal no 241 ( belum ditulis)
إن كان هناك من يكفيهم للأمر بالمعروف والنهى
عن المنكر فلا حرج عليهم السكوت ولزوم البيوت ، وإلايحرم عليهم ذلك، وأماالانتساب إلى
إحدى الجمعيات الإسلامية فهو أفضل، بل قد يجب كماإذاتيقن أوظن أنه لايؤدى إلى حفظ دينه وصونه عمايفسده إلابالإنتساب
اليها اخذا لمافى الدعوة التامة والإحياء. ونصبه : وواجب على كل ففيه فرغ من فرض عينه
وتفرغ لفرض الكفاية إلى من يجاور بلده من أهل السواد ومن العرب والأكراد وغيرهم ويعلمهم
دينهم وفرائض شرعهم. إلى ان قال : فإن قام بهذا الأمر واحد سقط الحرج عن الآخرين والا
عم الحرج الكافة أجمعين أماالعالم فلتقصيره فى الخروج ، أما الجاهل فلتقصيره ترك التعلم.
الخ ... اعلم أن كل قاعد فى بيته اينما كان فليس خاليا فى هذا الزمان عن منكر من حيث
التقاعد عن إرشاد الناس وتعليمهم وأكثر الناس جاهلون .
Terjemah:
Jika telah
ada orang yang dianggap cukup sudah menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, maka
tidak dosa bagi lainnya hanya diam dirumah (tidak berdakwah), kalau belum ada
yang menyampaikan maka haram bagi semua orang hanya berdiam diri. Adapun
menisbatkan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada salah satu organisasi islam itu
lebih utama. Bahkan terkadang menjadi wajib ketika diyakini atau diduga kuat,
tidak akan tercapai dalam mempertahankan agama dan menjaga kelangsungannya dari
pihak-pihak yang merusaknya kecuali dengan berpedoman kepada kitab: addawatu
attamah dan kitab ihya’ ulumuddin, yang arti nasnya: “wajib bagi setiap orang
pandai dalam agama untuk meluangkan waktu guna memenuhi fardlu kifayah kepada
orang yang berdekatan daerahnya dari ahli kulit hitam, orang arab dan lainnya,
dan wajib pula mengajari mereka terhadap agamanya dan kewajiban-kewajiban
syari’atnya …..s/d…. jika sudah ada salah seorang yang melakukan (amar ma’ruf
nahi munkar) maka gugur dosa dari lainnya. Jika tidak ada sekali, maka yang
berdosa adalah semuanya manusia. Adapun dosanya orang ‘alim, karena ia tidak
menghiraukan keharusan keluar (berdakwah). Sedangkan dosanyaorang yang bodoh,
ia tidak memperhatikan kewajiban belajar (tidak mau belajar) dst. … perlu
dimengerti, bahwa setiap orang yang hanya berdiam diri dirumahnya dimana saja,
maka tidak dapat lepas dizaman ini dari kemungkaran, ketika hanya diam diri
dari menunjukan manusia dan mengajarinya. Dan kebanyakan manusia itu bodoh
(tidak tahu).
Mas’alah:
Ada tanah
wakaf untuk masjid, bolehkah di pakai untuk I’tikaf?
Jawab:
Apabila
tanah yang dimaksud wakif itu adalah “aku jadikan tanah ini sebagai masjid”
maka walaupun belum di bangun masjid I’tikaf di atas tanah tersebut hukumnnya
sah. Tetapi apabila yang dimaksud wakaf tersebut adalah tamlik kepada masjid
dan oleh nadzir belum (tidak diresmikan) atau belum dibangun masjid. Maka
hukumnya I’tikaf diatas tanah tersebut tidak sah.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-bajuri, I : 305
قوله فى المسجد اى الخالص المسجدية فلا
يصح الإعتكاف فى غير المسجد كالمدارس والربط ومصلى العيد.
Terjemah:
Kata pengarang (dimasjid) artinya yang murni masjid , maka
tidak sah I’tikaf diselain masjid, seperti dimadrasah, pondok, dan
tempat-tempat sholat ‘id.
Al-mahali, 11/76
قوله فى المسجد، ومنه روشنه ورحبته القديمة
الخ
Terjemah:
Kata
pengarang (dimasjid) yang termasuk dihukumi masjid adalah emperanya, serambinya
yang bangunan dulu (bersama dengan dalamannya masjid).
Fatha al-wahab, I
: 128
وثانيها مسجد للإتباع رواه الشيخان فلايصح
فى غيره ولوهي للصلاة.
Terjemah:
Yang kedua
: harus masjid dengan dasar hadits Nabi yang diriwayatkan imam bukhori dan
muslim, maka tidak sah I’tikaf diselain masjid meskipun disediakan untuk
sholat.
Syarwani, VI : 251
والأصح وإن نازع فيه الأسنوى وغيره أن قوله
جعلت البقعة مسجدا من غير نية صريح فحيئد تصير به مسجدا وإن بات بلفظ مما مر لأن المسجد
لايكون إلا وقفا.
Terjemah:
Menurut
yang asoh, meskipun ditentang imam asnawi dan lainnya bahwa perkataan seseorang
: “saya jadikan tempat ini menjadi masjid” dengan tanpa niat itu shorih wakaf,
maka dengan demikian (tempat itu) akan menjadi masjid. Meskipun dengan
lafadz-lafadz yang telah tersebut diatas, karena masjid itu pasti wakaf. (tidak
ada masjid yang bukan wakaf).
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya mengeluarkan zakat tijaroh sebelum haul (sebelum masuk satu tahun)
Jawab:
Boleh
asalkan yang menerima tersebut tetap menpunyai sifat mustahiq sampai waktu
wajibnya, sehingga apabila yang menerima tersebut menjadi berubah (tidak
mempunayai syarat sebagai mustahiq) pada waktu wajibnya, maka apabila muzakki
pada waktu memberikan zakat mu’ajjalah itu memberitahukan bahwa zakat
mu’ajjalah, maka muzakki boleh meminta kembali zakat tadi.
Dasar pengambilan Dalil:
Muhadzab, I : 174
وإن عجل الزكاة فدفها إلى فقير فمات الفقير
أو ارتد قبل الحول لم يجزه المدفوع عن الزكاة، وعليه أن يخرج الزكاة ثانيا، فإن لم
يبين عند الدفع أنهازكاة معجلة لم يرجع وإن بين رجع .... الخ
Terjemah:
Jika
seseorang melakukan ta’jil zakat (mendahulukan zakat sebelum waktunya) kemudian
diberikan kepada orang fakir, lalu orang fakirnya meninggal dunia, atau ia
murtad sebelum haul (masuk waktunya wajib zakat). Maka apa yang diberikan (atas
nama zakat tadi) tidak mencukupinya sebagai zakat. Dan bagi yang memberikan
wajib, mengeluarkan zakat lagi ( yang kedua ). Jika dirinya tidak menjelaskan
(pada waktu memberinya) bahwa itu zakat yang didahulukan (ta’jiluz zakat) maka
ia tidak boelh meminta kembali (yang telah diberikan) namun apabila ia waktu
member menyatakan : ini ta’jiluz zakat maka ia boleh meminta kembali (ganti
rugi).
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya menyembelih qurban sebelum shalat idul adha dengan mengi’tikatkan
sebagai aqiqoh sedang maliknya mengatakan qurban?
Jawab:
Menyembelih qurban oleh wakil yang mengi’tikadkan aqiqoh
apabila dilakukan sesudahnya lewatnya kadar dua rokaat dan dua khotbah yang
cepat sesudah terbitnya matahari pada hari qurban maka hukumnya sebagai berikut
:
Qurbanya mudhohi adalah sah, dan I’tikat wakil tidak
mempengaruhi niat berqurban.
Kalau penyembelihannya dilakukan oleh wakil sebelum waktu
tersebut, maka qurbannya mudlohi tidak sah, dan wakil dloman ( mengganti ).
Adapun wakil yang mengi;tikadkan lain dari niat mudlohi,
hukumnnya haram.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-anwar, 11/378
الثالث الوقت وهو إذا طلعت الشمش يوم النحر
ومضى قدر وكعتين وخطبتين خفيفتين إلى غروبها من ثالث ايام التشريق ليلا ونهارا ويكره
فى اليل فان ذبح قبل الوقت او بعده لم يكن ضحية ولا يحصل ثوابها بل صدقة ... انتهى
Terjemah:
Yang
ketiga adalah: waktu (penyembelihan qurban) yaitu ketika matahari telah terbit
pada hari qurban dan telah melewati kira-kira dua rokaat dan dua khotbah ‘id
yang ringan sampai terbenamnya matahari dihari tasyri’ yang ketiga ( tanggal 13
dzulhijjah ) baik siang ataupun malam dan makruh menyembelih qurban pada malam
hari. Apabila disembelih sebelum waktunya atau setelahnya, maka tidak dinamakan
qurban, dan tidak mendapatkan pahalanya qurban. Tetapi merupakan sodaqoh.
Kifayatu
al-akhyar, I : 280
والوكيل أمين فيها لايضمن إلا بتقريط، الوكيل
أمين فيما وكل فيه فلايضمن الموكل فيه إذا تلف إلا أن يفرط لأن الموكل استأمنه فيضمنه
ينافى تأمينه كالمودع.
Terjemah:
Wakil
adalah orang yang dipercaya dalam amanat, ia tidak didenda kecuali ia mengabaikan
(khianat). Wakil adalah orang dipercaya dalal sesuatu yang diwakilinya, maka ia
tidak perlu mengganti terhadap kerugian yang diwakilkan ketika rusak, kecuali
apabila ia mengabaikannya. Karena orang yang mewakilkan telah mempercayakan
kepada wakil . maka wakil supaya mengganti kerugian apabila ia meniadakan sifat
amanahnya (kepercayaan) seperti orang yang dititipi.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya memperbaharui nikah tajdidunikah? Kalau boleh apakah harus membayar
mahar lagi?
Jawab:
Hukumnya tajdidunnikah (memperbaharui nikah)
boleh, bertujuan untuk memperindah atau ihtiyat dan tidak termasuk pengakuan
talak (tidak wajib membayar mahar) akan tetapi menurut imam yusuf al-ardzabili
dalam kitab anwar wajib membayar mahar karena sebagai pengakuan jatuhnya talak.
Dasar Pengambilan Dalil:
At-tuhfa, VII :
391
أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ
عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ
الْأُولَى بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ إلى أن قال وماهنا فِي مُجَرَّدِ
طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.
Terjemah:
Sesungguhnya tujuan suami melakukan aqad nikah yang kedua (memperbaharui
nikah) bukan merupakan pengakuan habisnya tanggung jawab atas nikah yang
pertama, dan juga bukan merupakan kinayah dari pengakuan tadi. Dan itu jelas
….s/d … sedangkan apa yang dilakukan suami di sini (dalam memperbaharui nikah)
semata-mata untuk memperindah atau berhati-hati.
( وَلَوْ تَوَافَقُوا ) أَيْ الزَّوْجُ وَالْوَلِيُّ
وَالزَّوْجَةُ الرَّشِيدَةُ فَالْجَمْعُ بِاعْتِبَارِهَا أَوْ بِاعْتِبَارِ مَنْ يَنْضَمُّ
لِلْفَرِيقَيْنِ غَالِبًا ( عَلَى مَهْرٍ سِرًّا وَأَعْلَنُوا بِزِيَادَةٍ فَالْمَذْهَبُ
وُجُوبُ مَا عُقِدَ بِهِ ) أَوَّلًا إنْ تَكَرَّرَ عَقْدٌ قَلَّ أَوْ كَثُرَ اتَّحَدَتْ
شُهُودُ السِّرِّ وَالْعَلَنِ أَمْ لَا لِأَنَّ الْمَهْرَ إنَّمَا يَجِبُ بِالْعَقْدِ
فَلَمْ يُنْظَرْ لِغَيْرِهِ وَيُؤْخَذُ مِنْ أَنَّ الْعُقُودَ إذَا تَكَرَّرَتْ اُعْتُبِرَ
الْأَوَّلُ مَعَ مَا يَأْتِي أَوَائِلَ الطَّلَاقِ أَنَّ قَوْلَ الزَّوْجِ لِوَلِيِّ
زَوْجَتِهِ زَوِّجْنِي كِنَايَةٌ بِخِلَافِ زَوَّجَهَا فَإِنَّهُ صَرِيحٌ أَنَّ مُجَرَّدَ
مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا
بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ الْأُولَى بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ وَلَا
يُنَافِيهِ مَا يَأْتِي قُبَيْلَ الْوَلِيمَةِ أَنَّهُ لَوْ قَالَ كَانَ الثَّانِي
تَجْدِيدَ لَفْظٍ لَا عَقْدًا لَمْ يُقْبَلْ لِأَنَّ ذَاكَ فِي عَقْدَيْنِ لَيْسَ فِي
ثَانِيهِمَا طَلَبُ تَجْدِيدٍ وَافَقَ عَلَيْهِ الزَّوْجُ فَكَانَ الْأَصْلُ اقْتِضَاءَ
كُلِّ الْمَهْرِ وَحَكَمْنَا بِوُقُوعِ طَلْقَةٍ لِاسْتِلْزَامِ الثَّانِي لَهَا ظَاهِرًا
وَمَا هُنَا فِي مُجَرَّدِ طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.[1]
Al-anwar, II : 156
ولو جدد رجل نكاح زوجته لزمه مهر آخر لأنه
إقرار بالفرقة وينتقض به الطلاق ويحتاج إلى التحليل فى المرة الثالية.
Terjemah:
Jika
seorang suami memperbaharui nikah kepada isterinya, maka wajib member mahar
(mas kawin) karena ia mengakui perceraian dan memperbaharui nikah termasuk
merusak cerai/talaq (menjadi suami istri lagi). Kalau dilakukan sampai tiga
kali, maka diperlukan muhalli.
Mas’alah:
Bagaimana
mendo’akan kemantenan semoga hidup rukun dan lekas manunggal, bisa cocok
bagaikan tampar. Yang dengan arti satu sama lain tidak pisah lagi.
Jawab:
Hukumnya
sunah
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-futuhat
al-robaniyah VI : 76-77
السنة أن يقال له بارك الله لك وبارك عليك
وجمع بينكما بخير ( قوله وجمع بينكما بخير) اى بأن تجتمعا على الطاعةوالأمر بالمعروف
والنهى عن المنكر وحسن المعاشرة والموافقة
لمايدعو لدوام الإجتماع وحسن الاستمتاع انتهى .
Terjemah:
Sunnah
didoakan dengan doa : mudah-mudahan Allah memberkahimu dan memberkahi atasmu,
dan mengumpulkan antara kamu berdua dengan baik (pengertian: mengumpulkan
diantara kamu berdua) : yaitu; kamu berdua kumpul atas dasar ta’at (pada
Allah), amar ma;ruf nahi munkar, dan baiknya hidup berumah tangga dan sesuai
apa yang didoakan untuk berkumpul/rukun yang abadi dan mesra.
Mas’alah:
Banyak
ulama kita tidak memasukan anak-anaknya kedalam madrasah-madrasah/ sekolah
agama. Kalau mereka wafat, maka kitab-kitabnya akan menjadi hiasan almari.
Bolehkah kita mengikuti cara mereka didalam mendidik anak-anaknya?
Jawab:
Cara ulama
yang tidak memberikan pendidikan agama kepada putra-putrinya itu tidak boleh di
ikuti.
Dasar Pengambilan Dalil:
Minhaju A-abiddin
hal. 20
فاعلم أن هذه المدارس والرباطات بمنزلة
حصن حصين يحتصن بها المجتهدون عن القطاع والسراق وإن الخارج بمنزلة الصحراء تدور فيها
فرسان الشيطان عسكرا فتسلبه أو تستأسره فكيف حاله إذا خرج إلى الصحراء وتمكن العدو
منه من كل جانب يعمل به ماشاء. فإذن ليس لهذا الضيف الا لزوم الحصن.
Terjemah:
Ketahuilah, sesungguhnya madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren
ini diposisikan sebagai benteng yang kokoh, menjaga para mujtahid dari sabotase
perampok dan pencuri. Dan sesungguhnya yang diluar itu diposisikan sebagai
tanah lapang yang dilewati syaitan-syaitan jalanan yang siap merampasnya atau
menguasainya, maka bagaimana kondisinya jika mereka keluar ketanah lapang, dan
musuh-musuh dengan leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki. Maka kalau
demikian bagi orang yang lemah wajib untuk menetap dibenteng-benteng
pertahanan.
Al-nashaihu
al-diiniyah 62
وأهم مايتوجه على الوالد فى حق أولاده تحسين
الآداب والتربية ليقع تشؤهم على محبة الخير ومعرفة الحق وتعظيم أمور الدين والاستهانة
بأمور الدنيا وإيثار أمور الآخيرة فمن فرط فى تأديب أولاده وحسن تربيتهم وزرع فى قلوبهم
محبة الدنيا وشهواتها وقلة المبالاة بأمور الدين ثم عقوه بعد ذلك فلايلومن إلانفسه
والمفرط أولى بالخسارة فيما ذكرناه.
Terjemah:
Yang
terpenting, tantangan orang tua terhadap hak anaknya adalah memperbaiki Adab
dan mendidiknya, agar pertumbuhan anak-anaknya cinta kebaikan, mengetahui yang
hak, mengutamakan urusan agama, mengesampingkan urusan dunia, dan mengutamakan
urusan akhirat. Barang siapa ceroboh mendidik dan ceroboh dalam kebaikan
pendidikannya. Dan menanamkan pada hati anaknya kecintaan terhadap dunia dan
kesenangan dunia, serta kepeduliannya terhadap urusan agama sangat minim
(sedikit) kemudian setelah itu anak berani menenteng orang tuanya maka jangan
menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Orang yang ceroboh lebih tepat
menyandang kerugian. Kebanyakan orang yang berani pada orang tuanya, keras
hatinya di zaman ini penyebabnya adalah ceroboh terhadap apa yang saya sebutkan
tadi.
Tuhfatu al-murid
117
وحفظ دين ثم نفس مال ثم نسب "ومثلها
عقل وعرض قد وجب والمراد بحفظه صيانته من الكفر وانتهاك حرمة المحرمات ووجوب الواجبات،
فانتهاك حرمة المحرمات أن يفعل المحرمات غير مبال بحرمتها، وانتهاك وجوب الواجبات أن
يترك الواجبات غير مبال بوجوبها. انتهى
Terjemah:
Dan
menjaga agama, kemudian diri, harta dan nasab, dan sesamanya adalah akal dan
harga diri adalah hal yang wajib. Yang dimaksud menjaganya adalah menjaga dari
kekufur. Dan menanggulangi haramnya sesuatu yang haram. Dan wajibnya beberapa
kewajiban, maka menanggulangi keharaman yang dimaksudkan adalah : melakukan
keharaman tanpa memperdulikan keharamannya. Membentengi kewajiban yang
dimaksudkan adalah meninggalkan kewajiban tanpa memperdulikan kewajiban atas
hal yang diwajibkan.
Irsyadu al-Huyaro
Fi tahdiri al-Muslimin min madarisi al-nasoro li syeh yusuf al-nabawi.
اعلم أن من أعظم المصائب على الملة الإسلامية
والامم المحمدية ماهو جار فى هذه الأيام فى كثير من بلاد الاسلام من إذخال بعض جهلة
المسلمين أولادهم فى المدارس النصرانية واللغات الأفرانجية، ولايخفى أن ذلك كفر صريح
، ولا يرضى به الله ولاسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وسيدنا المسيح عليه السلام.
Terjemah:
Ketahuilah
sesungguhnya lebih besar-besarnya musibah atas agama islam dan umat Muhammad
ialah apa yang terjadi dihari-hari ini kebanyakan dari daerah muslim (Negara
islam) yang sebagian kebodohan orang islam adalah memasukan anak-anaknya
kesekolah-sekolah Kristen (nasroni) dan bahasa inggris. s/d …. Tidak ada
ragu0ragu bahwa hal seperti itu jelas kufur dan tidak mendapat ridlo Allah dan
Muhammad Saw dan Nabi Isa as.
Tanbihu al-anam
ماينبغى التنبيه له لأهل الشركة منع إذخال
أولادهم إلى مكاتب النصارى لأن دخول أولاد المسلمين فى مكاتبهم مما يوجب الإسلاخ من
دينهم بالكلية بإدخالهم الشبهة عليه فى دينهم. انتهى
Terjemah:
Sesuatu
yang terbaik mengingatkan baginya bagi semua masyarakat adalah melarang
memasukan anak-anaknya pendidikan orang-orang Kristen (nasrani). Karena
masuknya anak-anak muslim pendidikan mereka (orang Kristen) hilangnya agamanya
secara keseluruhan dengan masuknya
anak-anak muslim yang menyerupai agama mereka (orang-orang Kristen).
Mas’alah:
Ada dua
pendapat menurut as-syafi’I tentang batalnya wudlu bagi orang yang disentuh
perempuan lain yang dipermasalahkan : manakah yang paling utama untuk kita
ikuti? Mengikuti pendapat kedua dari imam syafi’I itu atau pindah madzab lain?
Dan bagaimana hukumnya pindah madzab pada waktu itu?
Jawab:
Mana yang
lebih utama, ada dua pendapat:
Pertama :
boleh memilih antara qoul tsani dan pindah madzab lain.
Kedua :
lebih baik taqlid pada qoul tsani.
Sedangkan pindah madzab pada waktu tertentu adalah boleh.
Dasar Pengambilan Dalil:
Hasyiyah ibnu
Hajar ala al-adloh fi manasiki al-hajj li al-nawawi, hal. 236
وفى الملموس قولان للشافعى رحمه الله، أصحهما
عند أكثر أصحابه أنه ينتقض وضؤءه وهو نصه فى أكثر كتبه. والثانى لا ينتقض وضوءه واختاره
جماعة قليلة فى اصحابه والمختار الاول.
Terjemah:
Yang asoh
dan kedua pendapat menurut kebanyakan santrinya (sahabatnya) hal itu merusakan
(membatalkan) wudlunya. Pendapat itu merupakan nash dari imam syafi’I dalam
kebanyakan kitabnya sedangkan pendapat kedua tidak membatalkan wudlunya dan
pendapat ini dipilih oleh kelompok kecil dari santrinya. Yang muhtar (terpilih)
adalah pendapat yang pertama.
Bughyatul
Mustarsyiddin, 9
يجوز تقليد ملتزم مذهب الشافعى غير مذهبه
أو المرجو للضرورة اى المشقة التى لا تحتمل عادة. وفى سبعة كتب مفيدة ص مانصه : واعلم
أن الأصح من كلام المتأخرين كالشيخ ابن حجر وغيره أنه يجوز الإستقال من مذهب إلى مذهب
من المذاهب المدوية ولو لمجرد التشهى سواء إنتقل دواما أو بعض الحادثات.
Terjemah:
Boleh
taqlid (mengikuti) bagi yang tetap yang tetap madzab imam syafi’I pada selain
madzabnya, atau pada pendapat yang marjuh karena dhorurot. Artinya masyakot
(sulit) yang tidak menjadikan kebiasaan. Dalam kitab sab’atul kutubi almufidah
di jelaskan : ketahuilah sesungguhnya yang ashoh menurut pendapat ulama
mutaakhirin (yang akhir-akhir) seperti syekh ibnu hajar dan lainnya. Yaitu
boleh pindah madzab kemadzab lain dari beberapa madzab yang telah dibukukan,
meskipun hanya untuk keinginan, baik pindahnya itu untuk selamanya atau didalam
sebagian kejadian.
Sab’atu Kutubi
al-mustafidah, hal. 160 (belum ditulis)
Terjemah:
Yang
ashoh, sesungguhnya orang awab (al-am) boleh memilih antara mengikuti pendapat
orang yang dikendaki meskipun pendapat yang diungguli disisinya, padahal ada
yang lebih afdlol. Selama ia tidak berturut-turut mengikuti yang ringan
(rukhsoh) bahkan meskipun berturut-turut (juga boleh ) menurut apa yang
dikatakan oleh imam izzuddin bin ‘abdi salam dan lain-lainnya.
Hamisy I’anatu
al-Tholibin, II : 59
وقال السيوطي: كثيرا ما يقول أصحابنا بتقليد
أبي حنيفة في هذه المسألة، إذ هو قول للشافعي قام الدليل على رجحانه. وحينئذ تقليد
أحد هذين القولين أولى من تقليد أبي حنيفة.[2]
Terjemah:
Dengan
demikian, mengikuti salah satu dari dua pendapat ini lebih baik dari mengikuti
madzab abi hanifah.
Al-Fawaidu Al-Madaniyah
al-Qubro (belum ditulis)
Terjemah:
Mengikuti
pendapat atau wajah dhoif didalam
madzabnya dengan syarat-syaratnya, itu lebih utama dari pada mengikuti
madzab-madzab lain, karena mengumpulkan sarat-saratnya.
Jam’ur Risalatain
Fi ta’addudil Jum’atain, hal. 14 (belum ditulis)
Terjemah:
Taqlid
(mengikuti) pendapat qoul qodim itu lebih baik dari pada mengikuti madzab yang
berbeda dengan (madzabnya). Karena itu memerlukan menjaga madzab yang
diikutinya. Dalam wudlu, mandi dan semua syarat-syarat. Hal ini sulit bagi
selain yang mengetahui. Maka berpegang teguh kepada pendapat-pendapat imanya
yang dhoif itu lebih baik dari pada keluar menuju madzab yang lain.
Mas’alah:
Andaikann
jam’iyah NU baik di tingkat cabang wilayah atau pengurus besar membuat suatu
ketentuan : bahwa semua anggota DPR/DPRD yang dicalonkan oleh jam’iyah NU
apabila telah dilantik maka diwajibkan member dana kepada jam;iyah sekian persen
dari penghasilan bulanan anggota DPR/DPRD.
Pertanyaan:
Apakah
ketentuan semacam itu menjadi wajib syar’an yang harus di taati dengan
pengertian yusabu ‘ala failihi wayu ‘aqobu ‘ala tarkihi?
Jawab:
Hukumnya
anggota DPR menetapi janji kepada jam’iyah NU itu wajib syar’an sebab :
termasuk isti’jar al manafi’ atau iqrar Min babi wujubi itha’ati ulil amri.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-I’anatu
al-tholibin, III : 109.
Terjemah:
Betul
berlaku baginya menjual belikan hak melewati. Hal ini usaha memiliki
kemanfaatan dengan ganti rugi yang jelas (ma’lum). Sesungguhnya itu bukan murni
jual beli tetapi disitu berbau sewa. Dikatakan jual beli karena memandang
sighotnya (transaksinya) semata dan dikatakan sewa/kontrak menurut artinya
…..s/d.. adapun yang terjadi bagi beban atau tanggung jawab. Maka syarat
didalamnya harus menerima ongkos (seketika) dalam satu majlis (waktu
transaksi).
Mas’alah:
Sama-sama
kita ketahui bahwa jenazah yang tergilas oleh kendaraan mendapat visum dari
dokter baik lahir maupun batin. Sampai-sampai di bedel dada dan otaknya,
padahal hal ini terlarang. Bolehkah kita diam dan tidak berjuang untuk merubah
aturan semacam ini?
Jawab:
Tidak
boleh, untuk membatasi kemungkinan- kemungkinan lain, maka perlu adanya
usaha-usaha melalui lembaga perundang-undangan guna meluruskan masalah ini.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-Asybah Wannadloir, hal. 107
Terjemah:
Tidak
perlu diingkari hal yang masih dipertentangkan (muktalaf alaih) namun perlu di
ingkari hal yang sudah menjadi kesempatan (mujma’ alaih) yang dilanggar.
Bughyatul
Mustarsyidin, hal. 251
ولا يجوز لأحد التقاعد عن ذالك والتغافل
عنه وإن علم أنه لايفيد
Terjemah:
Tidak
boleh bagi seseorang diam diri terhadap hal tersebut (kemungkaran) dan
melupakan dirinya, meskipun diketahui tidak akan bertindak (sia-sia).
Mas’alah:
Banyak di
pedasaan, perkotaan kegiatan-kegiatan social yang dilakukan oleh umat islam
yang dinamakan kumpulan kematian denghan syarat /perjanjian antara lain:
Tiap anggota harus membayar Rp. 50,_ tiap bulan
Tiap-tiap anggota yang meninggal dunia mendapat belanja
kematian rata-rata Rp. 2000,-
Pertanyaan:
Bagi
anggota yang sudah lama, sudah barang tentu jumlah uang yang dibayarkan tiap
bulan tadi cukup banyak misalnya. Misalnya Rp. 5000,- tetapi anadaikata anggota
tersebut wafat tentunya dia hanya mendapat bantuan belanja kematian dari kumpulan tadi sebesar
Rp. 2000,- sehingga menurut perhitungan uang anggota tersebut masih sisa Rp.
3000,-
Uang sisa tadi menjadi milik siapa?
Bagi anggota yang masih baru sudah barang tentu uang yang
dibayarkan kepada kumpulan masih sedikit, misalnya Rp. 500,- tetapi andaikata
dia wafat maka tentu akan mendapat belanja kematian sebanyak Rp. 2000,-
Uang tambahan ini milik siapa?
Jawab:
Uang tersebut milik jam’iyyah.
Dasar Pengambilan dalil:
Dalilu al-falihin
jilid. II : 576-577
Terjemah:
Dari abi
musa al-as’ari Ra. Ia berkata : Rosulullah Saw, bersabda: sesungguhnya golongan
as’ari kehabisan bekal di pertempuran, atau semakin menipis makanan keluarganya
dikota (madinah). Maka mereka semua mengumpulkan apa yang ada disisinya pada
pakaian satu, kemudian membaginya diantara mereka semua dengan sama dalam satu
tempat. Mereka semua golongan saya dan saya adalah termasuk dari golongan
mereka. (HR. mutafaq alaih).
Takmilah al-majmu’, XIII : 155
Terjemah:
Terkadang
dikatakan sesungguhnya transaksi (ikatan) kepercayaan berlaku selamanya bersama
perkumpulan yang terbagi (giliran) bisa jadi dikatakan perkumpulan ta’awuniyah
(tolong menolong) atas kebaikan , dan berbuat baik untuk menolong teman-teman yang
masuk dalam daftar giliran.
Asy syarwani, VI :
298
Terjemah:
Adapun
hibah ( pemberian) untuk tujuan /jalan yang umum, maka imam ghozali dala kitab
al-wajiz menyakini atas diperbolehkannya adan imam al-rofi’I diam dalam hal
itu. Kemudian ia menyatakan boleh jika dikatakannya : tujuan yang umum itu
menempati kedudukan masjid maka boleh memberikan hak milik dengan hibah.
Seperti bolehnya waqof terhadapnya maka yang menerima adalah al-Qodhi.
Persesuaian menyamakan hibah untuk umum dengan waqof padanya didalam
keafsahanya adalah tidak ada syarat harus diterima.
Al-jami’lilahkamil
Qur’an Qurtubi, hal. 33
Terjemah:
Wahai
orang-orang yang beriman tepatilah dengan janji. Az zujaj berkata artinya :
tepatilah kalian semua dengan janji Allah atas kalian semua dan janji kalian,
sebagian diantara kalian dengan sebagian yang lain
Riyadlu
sl-sholihin wa-syarhi dalailu al-falahin, II : 576-577
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya waris gono gini?
Jawab:
Hukumnya
boleh
Dasar Pengambilan Dalil:
Bughyatul
Mustarsyidin, 159
Terjemah:
Telah bercampur
harta benda suami istri dan tidak diketahui milik siapa yang lebih banyak, dan
tidak ada tanda-tanda yang dapat membedakan salah satu dari keduanya, dan telah
terjadi antara keduanya firqoh (cerai) s/d … betul. Apabila telah terjadi
kebiasaan/ adat yang berlaku, bahwa salah satu dari keduanya lebih banyak
kerjakerasnya (cara mendapatkannya) daripada satunya, maka perdamaian (suluh)
dan saling member atas sesame. Apabila tidak ada kesepakatan atas sesuatu dari
hal tersebut apa dari harta benda yang berada pada diri suami, maka yang
dibenarkan adalah pendapat suami dengan disertai sumpahnya bahwa itu miliknya.
Apabila harta itu ditangan keduanya maka masing-masing menyumpah yang lainnya
kemudian hartanya dibagi dua.
KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIAH NU
JAWA TIMUR
DI PP SALAFIYAH SUKOREJO ASENBAGUS
SITUBONDO
mas’alah:
bolehkah
selain mujtahid baik mutlak maupun muqoyad mengqiyaskan suatu masalah yang
terdapat didalam kitab-kitab fiqih mempunyai persamaan?
Jawab:
Tidak
boleh secara mutlak
Dasar pengambilan Dalil:
Bughyatul Mustarsyidin
Terjemah:
Telah
dijelaskan dalam fatawi ibnu hajar : dilarang memberi fatwa bagi orang yang
membaca kitab belum ahlinya, kecuali terhadap ilmu (pengetahuan) yang sudah
dimengerti dari madzabnya dengan pengetahuan yang sudah yakin (kebenarannya)
seperti wajibnya niat dalam wudlu dan batalnya wudlu dengan memegang dzakarnya.
Benar jika ia nukil (mengambil) hukum dari mufti lain dari kitab yang sudah
dipercaya maka itu boleh dan itu pemindahan pendapat bukan member fatwa. Dan
tidak boleh bagi dirinya member fatwa terhadap sesuati yang tidak ditemukan
bentuk tertulis meskipun ditemukan persamaannya. Dengan demikian orang yang
mahir betul dalam fiqih ialah orang yang menguasai ilmu ushulnya imam mereka
pada setiap bab, dan ia masuk tingkatan ashabil wujuh 9orang-orang yang punya
hak pendapat yang sah). Dan ini sudah putus sejak 400 tahun yang lalu (tidak
ada generasi penggantinya).
Mas’alah:
Ada orang
berdomisilir di malang umpanya kemudian ia meninggal di Surabaya. Lalu mayatnya
sebelum di sholati di Surabaya (tempat tinggal) di bawa ke malang (tempat ia
berdomisili). Bagaimana memindah mayat yang belum disholati itu dari rempat
tinggal?
Jawab:
Ada
perbedaan pendapat antara imam baghowi yang mengatakan makruh dan imam mutawalli
yang mengatakan haram.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-Mahali, I :
351-352
Terjemah:
Haram
memindah mayit sebelum di qubur dari daerah mayitnya kedaerah lain untuk
dikubur disitu. Sebaian pendapat mengatakan makruh kecuali jika dekat dengan
makkah, madinah atau baitul muqoddas. Maka sebaiknya dipindah kesana ada
keutamaan mengubur disana, hal ini sesuai nashnya imam syafi’I. dan imam
baghowi, dan lainnya mengatakan makruh seperti imam mutawalli dan lainnya
mengatakan haram (memindah).
Mas’alah:
Banyak
terjadi di kota-kota terutama di kota-kota besar pesawat telpon yang di
sediakan untuk umum, siapa saja bisa memakai (menggunakan) asal ia memasukan
uang logam Rp. 50 umpanya kedalam tempat yang disediakan (sudah barang tentu
uang itu lepas dari milik orang yang memasukkan ). Kemudian uang tersebut
dimiliki oleh pemilik pesawat telepon (Telkom dan sebagainya ). Demikian itu
dapatkah di benarkan menurut syasi’at dan termasuk mu’amalah apakah itu?
Jawab :
Adalah
mu’amalah ijaroh shohihah (aqad sewa yang sah ) .
Dasar Pengambilan Dalil:
Mughni al-Muhtaj
وَالْكِتَابَةُ بِالْبَيْعِ وَنَحْوِهِ
عَلَى نَحْوِ لَوْحٍ أَوْ وَرَقٍ أَوْ أَرْضٍ كِنَايَةٌ.
Terjemah:
Jual beli
atau sesamanya dengan cara (transaksi) menggunakan tulisan pada papan, kertas,
atau tanah adalah cukup (dianggap sah).
فَإِنْ قَالَ : بِعْ وَأَشْهِدْ لَمْ يَكُنْ
الْإِشْهَادُ شَرْطًا صَرَّحَ بِذَلِكَ الْمَرْعَشِيُّ ، وَاقْتَضَاهُ كَلَامُ غَيْرِهِ
وَالْكِتَابَةُ بِالْبَيْعِ وَنَحْوِهِ عَلَى نَحْوِ لَوْحٍ أَوْ وَرَقٍ أَوْ أَرْضٍ
كِنَايَةٌ فِي ذَلِكَ ، فَيَنْعَقِدُ بِهَا مَعَ النِّيَّةِ بِخِلَافِ الْكِتَابَةِ
عَلَى الْمَائِعِ وَنَحْوِهِ كَالْهَوَاءِ ، فَإِنَّهُ لَا يَكُونُ كِنَايَةً لِأَنَّهَا
لَا تَثْبُتُ ، وَيُشْتَرَطُ الْقَبُولُ مِنْ الْمَكْتُوبِ إلَيْهِ حَالَ الِاطِّلَاعِ
لِيَقْتَرِنَ بِالْإِيجَابِ بِقَدْرِ الْإِمْكَانِ .[3]
Mas’alah :
Dewasa ini
banyak madaris diniyah islamiyah yang hari liburnya hari ahad bukan hari
jum’at. Apakah ini tidak termasuk dalam maqolah :
"من تشبه بقوم فهو منهم "
Sehingga hukumnya haram?
Dan apabila tidak termasuk dalam maqolah tersebut, sampai
dimanakah batas-batas tasyabbuh yang haram itu?
Jawab:
Jika
bertujuan untuk syi’ar kafir maka haram dan apabila tidak ada tujuan sama
sekali maka hukumnya makruh.
Dasar Pengambilan Dalil:
Ahkamu Fuqoha 1/25
masalah no. 33
Terjemah:
Ketika
berpakaian (tingkah laku ) menyerupai orang kafir, untuk syi’ar kekafirannya
maka ia kafir dengan pasti ….s/d … seandainya tidak bertujuan menyerupai mereka
sama sekali tidak apa-apa baginya tetapi itu makruh.
Ahkamu Fuqoha
11/239
Terjemah:
Apa pengertian tasabuh (menyerupai) pada sabda Nabi Saw : “
barang siapa yang menyerupai kaum, maka dia dari golongannya” di zaman
sekarang. Yaitu maksudnya seperti yang ada pada fathul barri.
Fathu Al-Barri, X
: 273
Terjemah:
Syekh Abu Muhammad bin Abi Hamzah berkata
menurut dhoirnya lafadz adalah melarang menyerupai pada setiap sesuatu (dari
kafir) begitu juga dalil-dalil lain mengatakan. Maksudnya menyerupai
(orang-orang kafir yang dihukumi haram) adalah menyerupai dalam pakaian,
hiasan, sifat-sifatnya dan sesamanya bukan menyerupai dalam urusan kebaikan.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya mengembala binatang di maqbaroh dan bagaimana juga hukumnya makan di
maqbaroh?
Jawab :
Memasukan
binatang di kuburan itu haram kalau kuatir mengotori dan menajisi. Kalau tidak
hukumnya makruh.
Dasar Pengambilan Dalil:
Bughya al-Murtasyidin, hal. 94
Terjemah :
Memasukkan
binatang ketanah kuburan dan menginjaknya kuburan itu sangat makruhnya di
banding kemakruhan orang (anak adam) menginjak dengan dirinya sendir. Dan
banyak ulama yang berpendapat haram duduk-duduk diatasnya, karena dasar hadits
muslim, jumhurul ulama mengartikan haram duduk diatas kubur itu untuk qodli
hajat (kencing / berak). Tidak ada keraguan bagi orang yang melihat hewan
piaraan kencing diatas kuburan wajib mencegahnya, meskipun binatang itu bukan
mukallafah (terbebani hukum) tapi orang yang melihat adalah mukalaf. Menjadi
sangat parah kemakruhannya bila kuburan itu milik orang terkenal/tokoh dengan
kekuasaan atau keilmuan (ulama), apalagi dia terkenal dari keduanya (alim juga
penguasa) seperti syekh isma’il al-hadromiy, bahkan dihawatirkan hal itu
(pelakunya) termasuk penentang yang boleh diperangi menurut hadits Quds, karena
mayat akan merasa sakit seperti sakitnya orang yang hidup. Adapun menjadikan
temapat makamnya binatang dikuburan, makan-makanan dikuburan dan menyibukkan
sesuatu dari makan di kubur itu haram secara mutlaq.
Mas’alah :
Bolehkah
kita tetap diam tentang adanya komplek/tempat pelacuran yang rumahnya dibangun
begitu rupa?
Jawab :
Tidak
Boleh
Dasar Pengambilan Dalil:
Hadits Nabi Saw
Terjemah:
Dalam
hadits disebutkan : barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah
dengan tangannya (kekuasaan) jika tidak
mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka harus ingkar dalam hatinya,
yang demikian itu adalah lemahnya iman (minimnya orang beriman).
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya menempatkan pengantin di atas pelaminan/kuade sebagaiman yang berlaku
sekarang ?
Jawab :
Boleh
Asalkan tidak mendatangkan munkarot dan aman dari fitnah.
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-ittihaf, VII :
248
ومن المنكر حضور النسوة المنكشفات الوجوه
Terjemah:
Termasuk kemungkaran adalah datangnya
(menampakkannya diri) perempuan-perempuan yang terbuka wajah-wajahnya.
Mas’alah :
Ada
sebagian tanah yang diwakafkan untuk kuburan sedangkan hasilnya diwakafkan ke
madrasah mengingat kebutuhan yang mendesak kemudian tanah tersebut dijual
dengan harga yang mahal (letaknya dikota). Kemudian hasil penjualnya di belikan
untuk ganti kuburan yang asli. Sedangkan kelebihannya uangnya untuk madrasah
termasuk kesejahteraan guru . Bagaimanakah hukumnya penjualan tanah tersebut
dan bagaimana pula hukumnya pergantian tanah kuburan itu?
Jawab:
Tidak boleh dan tidak sah.
Dasar Pengambilan Dalil:
Raudlotu al-tholibin,
IV : 438 – 439 dan III : 175
Mas’alah :
Ada orang
kawin setelah dukhul (bersetubuh) kemudian cerai (thalaq) dalam keadaan belum
mempunyai anak. Kemudian zaujul mutholliq (suami yang pertama) kawin lagi
dengan perempuan lain dan mempunyai anak laki-laki. Sedangkan zaujat
muthollaqoh juga kawin lagi dengan laki-laki lain dan mempunyai anak perempuan.
Kemudian anak laki-laki dari zaujul mutholiq kawin dengan anak perempuan dari
zaujat muthollaqoh. Apakah pernikahan itu sah atau tidak ? dan apakah anak
perempuan istri yang dithalaq itu tidak termasuk rabibah dari suami yang
menalaq?
Jawab :
Anak
perempuan dari istri yang ditalaq termasuk rabibah dari suami yang menalaq.
Dasar Pengambilan Dalil:
I’anatut
Tholibbin, III : 292
بزيادة (قوله: بخلاف أمها) أي فإنها تحرم،
ولو لم يطأها، لكن بشرط صحة العقد عند عدم الدخول، كما تقدم (قوله: ولا تحرم بنت زوج
الام) أي على ابن الزوجة، وهذا يعلم من قوله وكذا فصلها، أي الزوجة. ومثلها أم الزوج
فلا تحرم على ابن زوجته. (قوله: ولا أم زوجة الاب) أي ولا تحرم أم زوجة أبيه عليه وهذا
يعلم من قوله تحرم زوجة أصل، ومثلها بنت زوجة أبيه فلا تحرم عليه. (وقوله: والابن معطوف
على الاب) أي ولا يحرم أم زوجة ابنه، ومثلها بنت زوجة ابنه. وهذا يعلم من قوله وزوجة
فصل. (والحاصل) لا تحرم بنت زوج الام ولا أمه ولا بنت زوج البنت ولا أمه ولا أم زوجة
الاب ولابنتها ولا أم زوجة الابن ولابنتها ولا زوجة الربيب ولا زوجة الراب وهو زوج
الام لانه يربيه غالبا (قوله: ومن وطئ امرأة) أي ولو في الدبر أو القبل ولم تزل البكارة.
ومثل الوطئ استدخالها ماء السيد المحترم حال خروجه أو ماء الاجنبي بشبهة. ويشترط في
الواطئ أن يكون حيا، وأن يكون واضحا، وخرج بالاول الميت فلا تحريم باستدخالها ذكره،
وبالثاني الخنثى فلا أثر لوطئه لاحتمال زيادة ما أولج به وخرج بقوله وطئ ما إذا باشرها
بغير وطئ فلا تحرم (قوله: بملك) الباء سببية متعلقة بوطئ (قوله: أو شبهة منه) أي أو
بسبب شبهة حاصلة من الواطئ، سواء وجد منها شبهة أيضا أم لا.[4]
Terjemah :
Tidak
haram dinikah anak perempuan suami ibu bagi anak istrinya (antara anak gawan
suami istri) hal ini diketahui dari kata-kata pengarang : begitu juga memisahkan
istri, begitu juga ibunya suami tidak haram bagi anak laki-laki istriya.
(kata-kata dan tidak haram ibu dari isrtinya ayah) yakni tidak haram dinikah :
yaitu ibu dari istrinya ayah bagi orang anaknya ayah. Hal ini diketahui dari
kata-kata mushonif , haram istrinya orang tua, begitu juga haram istrinya
ayahnya sendiri (ibu tiri) maka bagi anaknya ayah tidak haram …s/d … al-hasil :
tidak haram dinikah anak perempuan dari suaminya ibu (anaknya ayah tiri) dan
juga ibunya. Dan tidak haram dinikah anak perempuan suaminya anak perempuan,
dan ibunya, dan juga ibu dari istrinya ayah, dan anak perempuannya. Dan juga
tidak haram ibu dari istri anak laki-laki dan anak perempuannya dan juga tidak
haram istri anak angkat dan istri dari majikan meskipun dia suaminya ibu,
karena dia yang meramutnya secara umum.
Mas’alah :
Seseorang
bernadzar akan menyerahkan waqof kepada masjid berupa sebagian tanah yang
sedang dipersengketakan (tanah diakui oleh orang lain) dan nadzarnya sudah
diucapkan kepada seorang kyai yang menjadi pengurus ta’mir masjid tersebut,
sedangkan mengenai nadzar yang diucapkan itu dia dalam keadaan panic, susah,
dan bingung. Katanya : kalau perkara tanah itu menang, maka yang sebagian saya
waqofkan untuk masjid, seolah-olah dia dalam keadaan tidak sadar. Berhubung
masih dalam keadaan perkara maka yang diberikan kepada masjid itu yang sebagian
dari hasilnya. Kemudian orang itu meninggal dunia sebelum perkaranya
diputuskan. Setelah beberapa bulan, keputusan perkara itu menang.
Pertanyaan :
Apakah nadzarnya itu dianggap sah
yang harus dilaksanakan, ataukah tidak?
Kalau sah kemudian ahli warisnya tidak melaksanakan. Apakah
ahli waris termasuk makan barang haram ataukah tidak?
Jawab :
Bahwa
nadzar sebagaimana tersebut diatas, adalah sah hukumnya, tetapi batal, karena
matinya sinadzir sebelum terwujudnya sifat mu’alaq alaih.
Dasar Pengambilan Dalil:
Bughyatul
Mustarsyidin, 269 – 270
Terjemah:
(mas’alah
ba-kaf) ulama berbeda pendapat dalam diperbolehkannya menasarufkan nadzar yang
digantungkan dengan sifat yang belum wujud. Syekh zakariya memperbolehkan yang
diikuti oleh imam Romli. Abu mahrom dan ibnu hajar juga setuju dalam penjelasan
kitab I’ab dan seterusnya ….
Mas’alah :
Ada
seseorang kawin dua. Istri yang pertama mempunyai anak banyak (laki-laki dan
perempuan), sedangkan istri yang kedua tidak mempunyai anak sama sekali. Pada
waktu masih sehat, ia berwasiat kepada istri mudanya, katanya : engkau jangan
mengharapkan barang warisan dariku karena aku mempunyai anak banyak. Dan nanti
terserah engkau, kalau diberi engkau terima, kalau tidak jangan menuntut.
Kemudian setelah beberapa tahun, ia meninggal dunia.
Pertanyaan :
Apakah
wasiat itu dilaksanakan atau tidak?
Jawab :
Mas’alah tersebut tidak termasuk wasiat,
sebab tidak sesuai dengan haqiqot ta’riful (definisi wasiat).
Dasar Pengambilan Dalil:
Al-jamal ala minhaj, IV : 40
االوصية تبرع بحق مضاف ولو تقديرا لما بعد
الموت، .... سد عكن فلا كسانأن إسقاط الحق ترسراه كفدا الزوجة الثانية بعد موت الزوج.
Terjemah :
Wasiat
adalah ibadah dengan hak yang disandarkan setelah mati tasarufnya walaupun
hanya kira-kira, … sedangkan pelaksanaan soasial isqot (menggugurkan) haq
diserahkan kepada istri kedua setelah matinya suami.
Mas’alah :
Ada
seseorang memberikan / hibah tanah atau rumah kepada anak cucunya, tetapi tidak
dengan ijab qobul (tanpa sgihot) hanya dengan petok yang diubah dikeluarkan,
sedangkan penghasilannya masih dikuasai oleh wahib hingga wafat. Dan saksinya
tidak ada kecuali pak lurah yang mengubah petok tersebut. Apakah hibah tersebut
dianggap sah oleh syara’ ataukah tidak?
Dan kalau
tidak sah, apakah tidak kembali menjadi tinggalan bagi si mayit yang harus
dibagi kepada ahli waris menurut bagiannya masing-masing.
Jawab:
Bahwa
hukumnya hibah yang termaksud dalam mas’alah ini menurut qoul yang ashoh adalah
tidak sah, karena tidak mempunyai syarat hibah, kecuali kalau anak (mauhub lah)
masih belum pandai (qoblarrsydi), karena wahib bisa tawallitthosofain sedangkan
menurut muqobilul ashoh, hukumnya sah.
Dasar Pengambilan Dalil:
I’anatu al-Tholibin, III : 143
ولو قال جعلته له، صار ملكه، لان هبته له،
لا تقتضي قبولا، بخلاف ما لو جعله لبالغ، هذا إن اكتفينا بأحد الشفين من الوالد، فإن
لم نكتف به، وهو الاصح، لم يصرح ملكه.
Terjemah:
Jika
seseorang berkata : ini saya jadikan miliknya, maka sah menjadi miliknya (yang
dituju). Karena hibahnya (pemberiannya ) tidak harus diterima secara lisan.
Lain halnya jika dijadikan untuk yang tidak baligh. Hal ini kalau kita
mengambil yang singkat dari salah satu sisi orang tua. Meskipun kita tidak
menganggap cukup, itu yang lebih ashoh dan tidak membahayakan.
قال ع ش: وذلك لاحتمال أن يكون الاجنبي
وكله مثلا في شرائها له ومثله ولده الرشيد، وأن يكون تملكها لغير الرشيد من مال نفسه
أو مال المحجور عليه اه (قوله: ولو قال جعلت هذا لابني الخ) عبارة الروض وشرحه، فإن
غرس شجرا وقال عنده، أي عند غرسه، اغرسه لطفلي، لم يملكه، ولو قال جعلته له، صار ملكه،
لان هبته له، لا تقتضي قبولا، بخلاف ما لو جعله لبالغ، هذا إن اكتفينا بأحد الشفين
من الوالد، فإن لم نكتف به، وهو الاصح، لم يصرح ملكه.[5]
Mas’alah:
Mana yang
lebih sunat mendahulukan basmalallah sebelum salam ataukah sebaliknya?
Jawab :
Tidak
sunah membaca basmalah sebelum salam, karena salam itu sebagian dari perkara
yang tidak dijalankan dengan membaca bismillah.
Dan jika membaca bismillah, maka putuslah kesunatan salam.
Dasar Pengambilan Dalil:
Adzkar An-Nawawi,
hal. 168
Terjemah:
(fasal) yang sunah orang salam itu mulainya sebelum bicara
apa-apa …s/d …. Salam adalah sebelum berbicara. Karena salam adalah
penghormatan yang dibuat permulaan. Sunahnya tidak ada jika sudah dimulai
dengan bicara dahulu. Seperti sunahnya tahuyatul masjid, sebelum melakukan apa-apa.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya pal dengan Al-Qur’anul Karim?
Jawab :
Menggunakan pal al-Qur’anul karim hukumya makruh.
Dasar Pengambilan Dalil:
Fatawi Haditsiya,
hal. 197
Terjemah:
Makruh
mengambil fal dari al-Qur’an (mushaf) menurut mayoritas ulama madzab malikiyah
menghukumi haram.
Mas’alah :
Siapakah
yang harus melaksankan iqomahtul hudud, seperti zina, tarikussholah? Sehubungan
dengan diwenagkannya peradilan agama dinegara Indonesia. Lalu bagi orang yang
bermurah diri untuk menerima sangsi hukuman (iqomatul hudud) dengan cara taubat
yang bagaimana dia terlepas dari tuntutan dosa di akhirat kelak dalam hal yang
belum ada pelaksanaannya?
Jawab:
Iqomatul
had mauquf, hanya cara tauat. Oleh karena tidak bias iqomatul had, maka cukup
dengan taubat nashuha
Dasar Pengambilan Dalil:
Bughyatu
al-Mustarsyiddin, hal. 249
Terjemah:
Tidak
cukup taubatnya orang yang zina atau membunuh dengan menyerahkan dirinya untuk
di had. Walaupun menetapkan taubatnya didepan hakim, bahkan (taubat) penyerahan
diri tidak cukup dalam melepaskan diri dari hal-hak adami yang wajib. Syah
taubatnya dalam hak-hak Allah ketika ada penyesalan dan kemaksiatan hak taubat
bahkan harus melepaskan diri (keluar) dari kemaksiatan tersebut.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya orang bukan islam di Indonesia (cian atau lainnya) termasuk kategore
apa, dzimi mu’ahad ataukah musta’man?
Jawab:
Hukumnya
orang non muslim di Indonesia kalau asalnya islam, maka murtad. Dan kalau
tidak, maka bukan dzimi, bukan mu’ahad dan bukan musta’man.
Dasar Pengambilan :
Kasyifatu
al-syaja, hal. 32 – 33
Terjemah:
Dzimmi
adalah : orang yang mengadakan perjanjian membayar pajak dengan imam atau naibnya
dan patuh terhadap hukum-hukum islam, mu’ahad adalah: orang yang mengadakan
perjanjian damai dengan imam atau naibnya dari golongan musuh (harbi) untuk
meninggalkan pertempuran (genjatan sejata) selama empat bulan dan sepuluh tahun
dengan adanya ganti atau selainnya yang sampai pada kita. Mu’mandi dan sholat
adalah : orang yang mengadakan perjanjian aman dengan sebagian orang islam
hanya dalam masa empat bulan.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya seorang islam yang mengatakan kata-kata mengkufurkan, memurtadkan atau
dapat menyesatkan orang islam. Seperti perkataan “semua agama sama” islam tidak
mengatur soal keduniaan dan lain-lain. Murtad ataukah tidak?
Jawab:
Ditafsil.
Kalau perkataan itu dari orang bodoh yang udzur, maka hukumnya tidak, akan
tetapi ma’siyat, jika tidak niat istihza dan istihfaf.
Dasar Pengambilan:
Bughyatu
al-Mustarsyiddin, hal. 297
Terjemah:
Sesungguhnya orang yang bodoh dan yang salah dari umat ini (umat
Muhammad), tidak ada setelah masuk islamnya, hal-hal yang dapat mengkufurkan
sehingga jelaslah hujjah baginya sesuatu yang tidak ada keserupaan yang dapat
diampuni.
Mas’alah:
Bagaimana
hukumnya orang wajib menunaikan menurut ilmu-ilmu fardlu ain. Dia sebelum
menuntut ilmu-ilmu fardlu ain sudah pindah menuntut ilmu-ilmu fardlu kifayah
apalagi ilmu yang di sunahkan. Boleh atau tidak?
Jawab :
Hukumnya
haram/termasuk dosa besar.
Dasar Pengambilan:
At-Tuhfah (syarwani), IV : 309
يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ مِنْ الْكَبَائِرِ
تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ مَا هُوَ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَيْهِ
لَكِنْ مِنْ الْمَسَائِلِ الظَّاهِرَةِ لَا الْخَفِيَّةِ.
Terjemah:
Termasuk
dosa besar tidak mempelajari perkara yang mensahkan fardu ‘ain dalam
masalah-masalah yang jelas tidak yang samar.
يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ مِنْ الْكَبَائِرِ
تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ مَا هُوَ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَيْهِ
لَكِنْ مِنْ الْمَسَائِلِ الظَّاهِرَةِ لَا الْخَفِيَّةِ نَعَمْ مَرَّ أَنَّهُ لَوْ
اعْتَقَدَ أَنَّ كُلَّ أَفْعَالِ نَحْوِ الصَّلَاةِ أَوْ الْوُضُوءِ فَرْضٌ أَوْ بَعْضَهَا
فَرْضٌ وَلَمْ يَقْصِدْ بِفَرْضٍ مُعَيَّنٍ النَّفْلِيَّةَ صَحَّ وَحِينَئِذٍ فَهَلْ
تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا ذُكِرَ كَبِيرَةٌ أَيْضًا أَوْ لَا ؟ لِلنَّظَرِ فِيهِ مَجَالٌ
وَالْوَجْهُ أَنَّهُ غَيْرُ كَبِيرَةٍ لِصِحَّةِ عِبَادَاتِهِ مَعَ تَرْكِهِ ، وَأَمَّا
إفْتَاءُ شَيْخِنَا بِأَنَّ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ بَعْضَ أَرْكَانِ أَوْ شُرُوطِ نَحْوِ
الْوُضُوءِ أَوْ الصَّلَاةِ لَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ فَيَتَعَيَّنُ حَمْلُهُ عَلَى
غَيْرِ هَذَيْنِ الْقِسْمَيْنِ لِئَلَّا يَلْزَمَ عَلَى ذَلِكَ تَفْسِيقُ الْعَوَامّ
وَعَدَمُ قَبُولِ شَهَادَةِ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَهُوَ خِلَافُ الْإِجْمَاعِ الْفِعْلِيِّ
بَلْ صَرَّحَ.[6]
Mas’alah:
Ada hadits
yang di keluar oleh imam Muslim :
إذا أن يكون بغير امام مات ميتة جاهلية،
ومن نزع يده من طاعته جاء يوم القيامة لا حجة له.
Pertanyaan:
Untuk
menghindari, maka perlu mengetahui siapa yang dimaksudkan imam dalam hadits
tersebut?
Jawab:
Yang
dimaksud imam dalam hadits tersebut adalah melalui salah satu tiga jalan yaitu:
بيعة أهل الحل والعقد
باستخلاق إمام قبله
باستيلاء ذى الشوكة
Dasar Pengambilan:
Bughyatut
al-Mustarsyiddin. Hal. 247
Terjemah:
Sah
menjadikan imam dengan bai’atnya ahli halli wal aqdi dari ulama pemimpin, dan
tokoh masyarakat yang bersepakat atau dengan penggantian dari imamsebelumnya
atau dengan pengangkatan orang yang berkuasa walaupun tidak memenuhi sarat.
Mas’alah:
Darimana
asalnya pelaksanaan rukat itu? Dan bagaimana hukumnya?
Jawab:
Ditafsil :
boleh, jika dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan suci dari
hal-hal yang dilarang. Haram, jika tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan mengandung larangan agama. Kufur, jika dimaksudkan untuk
menyembah kepada selain Allah.
Dasar Pengambilan:
I’anatut Tholibbin. Hal. 349
Terjemah:
Apabila
mensodaqohkan makanan tersebut dengan tujuan mendekatkan diri (taqorub) pada
Allah agar terhindar dari kejahatan jin maka tidak haram karena tidak ada
taqorrub pada selain Allah, apabila ditujukan pada jin maka haram hukumnya.
Bahkan apabila bertujuan mengagungkan dan menyembah pada selain Allah maka
kufur karena diqiyaskan pada nashnya dalam masalah penyembelihan (dzabbi).
Mas’alah :
Berhubung masa sekarang tidak sedikit orang yang tidak
menyebabkan tidak sahnya sholat jum’ah ikut melakukan sholat jum’ah terutama di
masjid-masjid kota, sedangkan pada umumnya mereka itu tidak mengerti/tidak
memperhatikan apakah takbirotul ihrom mereka itu sesudah takbirotul ihromnya orang
yang menyebabkan sahnya sholat jum’ah. Maka bagaimanakah hukumnya sholat
seseorang yang menyebabkan tidak sahnya sholat jum’ah seperti tersebut di atas
?
Jawab :
Terdapat perbedaan pendapat diantara ulama’ : sebagian
mengatakan sah, dan sebagian lagi mengatakan tidak.
Dasar pengambilan :
Al-Hawasyi
Al-Madaniyah. II. 40
Terjemah :
Imam Khotib dan Imam Romli berpendapat bahwa yang mu’tamad
adalah tidak menyaratkan sedang Al-Romli menuqil dalam kitab Nihayah dari fatwa
ayahnya, Ibnu Hajar dalam kitab Fathi Al Jawad mengatakan bahwa pendapat
tersebut adalah qoul aujah dan mu’tamad. Di dalam kitab tuhfah tidak
disyaratkan lebih akhirnya pekerjaan mereka (orang yang tidak berkewajiban
sholat jum’ah) dan pekerjaannya orang yang menjadi sahnya sholat jum’ah.
Mas’alah :
Sudah menjadi kebiasaan daerah, jual beli dengan system
tebasan sebelum masak betul dan tidak langsung dipetik seperti padi, mangga,
tebu dan lain-lainnya. Apakah ada pendapat yang membolehkan ?
Jawab :
Ada, yaitu pendapat Imam Abu Hanifah
Dasar pengambilan :
Rohmatul Ummah.
Hal 138
Terjemah :
Tidak boleh jual beli buah-buahan dan padi sebelum masak
betul dengan tidak mensyaratkan langsung dipetik menurut Imam Malik, Imam
Syafi’I dan Imam Ahmad. Imam Abu Hanifah berkata : jual beli tersebut sah
secara mutlak dan menuntut untuk segera dipetik.
Mas’alah :
Pada suatu waktu datanglah teman saya untuk meminta modal
sebesar lima juta rupiah kepada saya untuk berdagang. Dan teman saya tersebut
sanggup member hasil tetap setiap bulan sekian persen dari modal. Kesanggupan
member hasil tetap tadi bukan atas permintaan saya sebagai pemilik modal,
tetapi dari teman saya tersebut.
Pertanyaan :
Bolehkan menurut hukum Islam saya menerima pemberian hasil
tetap sebagaimana tersebut di atas ?
Jawab :
Hukum menerima pemberian sari orang yang minta modal yang
berjanji akan member persen secara tetap untuk setiap bulannya tidak boleh
kecuali kalau tidak diucapka di dalam aqad.
Dasar pengambilan :
Al –Mizan. II/72
Mas’alah :
Sudah tersiar berita bahwa syeh di Mekah yang meminta uang
dari jamaah haji, tidak menyembelih binatang pada hari qurban dan hari-hari
tasyriq. Tetapi mereka hanya menyembelim ayam dan ikan sarden. Apakah ada
pendapat yang menganggap cukup penyerahan uang dam tersebut? Dan apakah ada
pendapat yang mencukupkan untuk menyembelih ayam ?
Jawab :
Boleh dan cukup, kecuali kalau diketahui secara yakin bahwa
mereka tidak menyembelih.
Mas’alah :
Terjadi dalam pengadilan agama suatu persidangan syiqoq
antara suami istri lalu mengangkat dua hakim dari pihak suami dan pihak istri
menurut qoul yang kedua sebagai wakil dari hakim/qodli. Dan apabila kedua hakim
tersebut tidak mendapatkan persamaan pendapat, maka hakim mengangkat kedua
hakim lelaki yang terdiri dari pegawai kantor yang bersangkutan, kemudian
apabila kedua hakim yang baru terjadi kedua hakim yang pertama, maka hakim atau
qodli menjatuhkan talaq tanpa persetujuan suami bahkan adakalanya suami tidak
hadir pada persidangan itu.
Pertanyaan :
Dapatkah dibenarkan tindakan hakim yang bersitimbath atas
sebagian ulama’ seperti yang tercantum di dalam kitab Ghoyatut Al-Marom
karangan Syeh Muhyiddin Mufti Makkah?
غاية المرام .............
Jawab :
Hukum tersebut tidak dibenarkan, karena beristimbat pada
pendapat yang tidak terkenal. Masalah tersebut telah dibahas dalam Mu’tamar NU
ke XV
Dasar pengambilan :
Hasyiah
Al-Syarqowi. II. 276
Terjemah :
Apabila masing-masing antara suami atau istri mengaku/saling menuduh lainnya dan
permasalahannya hampir sama (sama punya alasan) maka seorang qodli wajib
mengangkat hakam (juru runding) diantara keduanya yang dapat diterima kedua
belah pihak. Untuk menyidik perkara keduanya setelah disertai permasalahan dari
suami dan permasalahan dari istri. Dan apa saja yang menyangkut keduanya.
Kemudian hakam supaya melakukan yang lebih maslahat, apakah damai atau cerai.
Allah SWT berfirman, yang artinya : “jika kalian khawatir terjadi syiqoq
(perpecahan) antara keduanya, maka angkatlah juru hakam dari kedua suami dan
juru hakam dari keluarga istri (QS. An-Nisa’ : 35). Disunnahkan keberadaan juru
hakam dari kedua keluarga dengan dasar ayat tersebut. Dan juru hukum dari
keluarga itu akan lebih mengetahui kemaslahatan dari keluarga itu sendiri. Dan
juru hakam itu sebagai wakil dari keluarganya. Bukan sebagai orang yang
mengadili seperti hakim secara umum. Dan pula kondisi seperti itu terkadang
mengakibatkan pertentangan atau perpisahan. Dan budlu’ (kemaluan perempuan) itu
hak suami, dan harta benda itu haknya istri, dan keduanya adalah pandai (yang
mengetahui haknya) maka juru hukum tidak boleh menguasai hak dari keduanya, dan
ia di posisi sebagai wakil. Yaitu juru hakim dari pihak laki-laki mewakili
tholaq dan menerima iwadl (pengganti maskawin yang diberikan istri) dan juru
hakam dari pihak istri sebagai orang yang mewakili menyerahkan iwadz dan
menerima tholaq. Kemudian kedua juru hukum itu disyaratkan harus islam,
merdeka, adil dan member petunjuk pada tujuan pengangkatan dirinya. Dan sunnah
kedua juru hakam itu laki-laki keduanya.
Ahkamul Fuqoha’.
II. 128-129
ولو اشتد ..........
Mas’alah
Bagaimana
hukumnya air ledeng/ pet yang sudah kecampuran bahan kimia kaforit yang baunya
dan rasanya sudah berubah? Apakah sifat kemutlakannya masih tetap thohir
muthohir.
Jawab: tidak ada jawabannya
Dasar Pengambilan:
Hamisy al-bajuri,
I : 31
Terjemah:
Dan air
yang berubah, artinya macamnya air yang berubah salah satu sifat-sifatnya
dengan suatu suci yang mencampurinya dengan perubahan yang dapat menghalangi kemutlakan namanya air itu
dinamakan air suci tapi tidak mensucikan.
Al-bajuri, I : 31
[1] Lengkapnya dalam maktabah as-syamilah, 31 : 216. Tuhfa
muhtaj syarah minhaj
[2] Lengakapnya( I. T ) di maktabah syamilah spt diatas, II
: 70
[3] Lengkapnya di maktabah as-syamilah, ( M.M ). VI : 226
[4] Lengkapnya di maktabah syamilah, (I T) , III : 336
[5] Di maktabah syamilah, (I T), III : 170
[6] Lengkapnya di maktabah syamilah, (Tuhfatu muhtaj syarah
minhaj) 43 : 462
Hal ini terbatas pada kondisi darurat, supaya tidak terjadi
keberanian melakukan pembohongan. Dalam pengertian tersebut di atas banyak
sekali hadis-hadis yang menceritakan. Tauban berkata : berbohong semuanya adalh
berdosa, kecuali berbohong yang memberi kemanfaatan kepada orang Islam atau
menolak bahaya.
2. Al-Ihya' Ulumu
Al-Dien III : 147
وعن النواس بن سمعا الكلاب قال قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم. مالى أراكم تتهافتون فى الكذب تهافت الفراش فى النار؟ كل
الكذب يكتب على ابن آدم لا محالة الاّ ان يكذّب الرّجل فى الحرب فإنّ الحرب خدعة او
يكون بين الرّجلين شحناء فيصلح بينهما او يحدث امرأته يرضيها.
Terjemah :
Diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sama' Al-Killab, ia berkata
: Rasulullah SAW besabda : apa bagi saya melihat kalian semua sama melontarkan
kata-kata bohong seperti melemparkannya semut ke arah api? Semua nohong ditulis
membahayakan (jelek) bagi anak adam, kecuali berbohongnya seorang laki-laki
dalam berperang, sesungguhnya berperang adalah tipuan. Atau berbohong diantara
dua laki-laki yang bertengkar, kemudian dapat mendamaikan keduanya (dengan
berbohong) atau menasehat istrinya agar ia ridho.
3. Irsyadul Ibad
hal : 71
(تنبيه) الكذب عند أهل السنة وهو الإخبار
بالشيئ على خلاف ما هو عليه سواء أعلم ذلك وتعمّد أملا، وأمّا العلم والتّعمّد فإنّما
هما شرطان للإثم (واعلم) أنّه قد يباح وقد يجب، فالضابط أنّ كلّ مقصود محمود يمكن التّوصّل
إليه بالكذب وحده فمباح إن أبيح تحصيل ذلك المقصود، وواجب إن وجب تحصيل ذلك كما لو
رأى معصوما اختفى من ظالم يريد قتله أو إيذاءه.....الخ
Terjemah :
(peringatan) Bohong menurut ahli sunnah ialah mengabarkan
sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, baik ia mengetahui, dan sengaja atau
tidak. Mengetahui dan sengaja itu menjadi syarat keduanya terhadap dosa (bila
diterjang). Perlu diketahui : setiap
berbohong yang betujuan terpuji, dan bisa mencapainya itu dengan jujur atau
bohong, maka bohong di situ haram hukumnya, namun bila mencapai tujuan itu
hanya bisa dengan jalan membohongi, maka bohong di situ boleh bila yang dituju
hal yang boleh (mubah) dan bohong bisa menjadi wajib bila yang dituju itu hal
yang wajib. Seperti ia mengetahui orang yang baik dan sedang bersembunyi dari
orang dzolim atau ingin membunuhnya, kemudian ia membohonginya, itu adalah
wajib.
Mas'alah :
Bagaimana hukumnya seseorang yang berhutang uang dengan
memberikan tanggungan sebidang tanah, yang hasil tanah tersebut diambil oleh
orang yang memberi hutang. Selam hutang tersebut belum dilunasi, maka tanah
tersebut masih dikelola oleh pemilik uang dan hasilnya tetap diambil olehnya ?
Jawab :
Hukumnya haram, karena tersebut menghutangi yang bertujuan
mengambil kemanfaatan, akan tetapi apabila syarat mengambil keuntungan hasil
tanah itu tidak dimasukkan dalam aqad (Shulbi Al-Aqdi)
Dasar pengambilan :
I'anatu
Al-Tholibin III : 56
(قوله ومن الرّبا بالقرض) اى ومن ربا القرض وهو كل قرض جر نفعا للمقرض غير
نحو رهن لكن لا يحرم عندنا الاّ اذا شُرِطَ فى عقد.
Terjemah :
(perkataan penyusun Fathu Al-Mu'in) : termasuk riba Qordhu)
artinya : termasuk riba Qordhu yaitu setiap hutang yang menarik keuntungan bagi
yang menghutangi selain gadai. Tetapi menurut kita (golongan Syafi'iyah) tidak
haram, kecuali jika disyaratkan pada waktu aqad (maka itu haram).
Hasyiyah Jamal
'Ala Syarhil Minhaj III : 75
والحاصل فى كلامهم انّ كلّ شرط مناف لمقتضى
العقد انّما يبطله اذا وقع فى صلب العقد او بعده وقبل لزومه بخلاف ما لو تقدّم عليه
ولو فى مجلسه.
Terjemah :
Kesimpulan dari pembicaraan ahli fiqih : setiap syarat yang
mematikan pada muqtadlol Aqdi (kondisinya Aqid) itu bisa batal jika syarat itu
terjadi dalam transaksi atau setelah aqad tapi belum ketetapan lain halnya jika
syarat lebih dahulu meskipun dalam satu majlis.
Bughyatul
Mustarsyidin : 176
(مسئلة ب) مذهب الشافعى انّ مجرّد الكتابة
فى سائر العقود والاخبارات والانشئات ليس بحجّة شرعيّة.
Terjemah :
(masalah B) Madzhab Imam Syafi'i : bahwa hanya dengan
tulisan pada semua aqad dan berita-berita dan anjuran (Insya') tidak dapat
dijadikan satu-satunya alasan menurut syariat.
Mas'alah :
Menurut keterangan kitab tauhid Al Hushunu Al Hamidiyah hal
50 : "Adapun penyakit yang boleh menghinggapi para Rasul, yang dengan
penyakit itu lalu para manusia sama menyingkir karena jijik dan lain
sebagainya, maka itu muhal terjadinya bagi para Rasul. Penyakit tersebut
semacam gila, jatuh pingsan, lepra/kusta, buta. Adapun penyakit yang diderita
oleh Nabi Ayyub AS itu adalah penyakit kulit (exem) yang tidak menyebabkan
larinya umat dari sisi beliau. Sedang cerita yang terkenal yang menyebabkan
larinya umat dari sisi beliau, itu semua batal. Apakah penyakit yang menimpa
Nabi Ayyub AS sebagaimana yang diceritakan dalam dalam kitab 1.
Durrotunnasikhin hal 194, dan Aroisul Majalis hal 138, itu masih termasuk sift
jaiz bagi Rasul dan bukan sebagai keterangan kitab Aqidatul Awam :
وجائز فى حقهم من عرض بغير نقص كخفيف المرض
Jawab :
Penyakit tersebut tidak menyebabkan larinya umat dari taat
beliau, dan masih termasuk dalam keterangan kitab Aqidatul Awam di atas
Dasar pengambilan :
Asnal Madtolib,
hal 278, 279
وقصّة سيّدنا أيوب عليه السّلام وانّ الله
سلّط عليه إبليس فنفح عليه فأصابه الجذام حتى تناثرت الدّود من بدنه...الخ من المنفرات
طبعا كلّ ذلك زور كذب وافتراء محض ولا عين بمن نقل وإن كان من الأجِلاّء حيث فى كتاب
وسنة رسوله ولا من طريق ضعيف ولا واه، بل هو مجرّد نقل بغير سند.
Terjemah :
Cerita Nabi Ayyub AS. Sesungguhnya Allah SWT menguasakan
kepada iblis atas diri Ayyub AS, kemudian iblis meniupnya lalu Ayyub AS kena
penyakit jusam (kusam) sampai set (ulat kulit) sama berjatuhan dari badannya
...dst... termasuk yang menggiriskan menurut hal kebiasaan. Hal itu semua
bohong dan mengada-ada dan tidak melihat orang yang menukil, walaupun dari
golongan terkemuka. Tidak ada dalam kitab atau sunnah Rasul, dan tidak ada pula
dari jalan yang Dho'if dan lemah. Bahkan cerita itu hanya mengambil pendapat
tanpa ada sanadnya.
Tuhfatul Murid
Syarah Jauharut Tauhid
Al Jami'u Al
Ahkamu Al Qur'an oleh Al Qurtubi XV / 340
Fatawi Kubro
KEPUTUSAN BAHTSUL
MASAIL SYURIYAH
NU WILAYAH JAWA TIMUR
DI PP MAMBA'UL
MA'ARIF DENANYAR JOMBANG
TGL 29 DHULHIJJAH – 2
MUHAROM / 6 – 8 OKTOBER 1983
Mas'alah :
Apakah kata-kata mushola dalam kitab-kitab fiqih boleh
diartikan masjid ?
Jawab :
Muhola/ langgar sebagaimana yang berlaku di Indonesia pada
umumnya, tidak bisa dihukumi masjid, selama tidak dinyatakan sebagai masjid,
walaupun diniyatkan sebagai waqof.
Dasar pengambilan :
Al Sarqowi I / 448
فى المسجد وهو ما وقفه الواقف مسجدا لا
رلاطا ولا مدرسة
Terjemah :
Masjid adalah suatu tempat yang telah diwaqofkan untuk
menjadi masjid bukan pondok atau madrasah.
At Tuhfah III /
223
وخرج بالمسجد مصلى العيد وما بنى فى أرض
مستأجرة على صورة المسجد وأذن بانيه فى الصلاة فيه.
Terjemah :
Bukan termasuk masjid adalah : tempat sholat hari raya dan
sesuatu yang dibangun di atas tanah persewaan dengan model bangunan masjid dan
pendirinya / pembangunnya mengizini untuk dibuat sholat di situ.
Bughyatul
Mustarsyidin : 6
فلو رأينا محلا مهيّأ للصّلاة ولم يتواتر
بين الناس أنّه مسجد لم يجب التزام أحكام المسجديّة فيه.
Terjemah :
Jika kita melihat tempat yang diperuntukkan untuk sholat,
dan manusia tidak sama menganggap kalau hal itu tadi masjid, maka tidak bisa
ditetapkan sebagai masjid.
I'anatu Al
Tholibin IV / 161
ووقفته للصّلاة أى اذا قال الواقف وقفت
هذا المكان للصّلاة فهو صريح فى مطلق الوقفيّة وكناية فى خصوص المسجديّة فلا بدّ من
نيّتها فان نوى المسجديّة صار مسجدا وإلاّ صار وقفا على الصّلاة فقط ولم يكن مسجدا
كالمدرسة.
Terjemah :
Dan saya waqafkan tempat ini untuk sholat : artinya ketika
orang yang waqaf mengatakan : saya mewaqafkan tempat ini untuk sholat, maka itu
kata yang shorih (jelas) untuk waqaf secara umum. Kalau kemudian dikhususkan
untuk masjid itu masih kata kinayah, maka harus ada niat. Jika orang yang waqaf
niat dibuat masjid, maka itu menjadi masjid dan jika tidak diniati jadi masjid
maka itu menjadi waqafan untuk sholat saja bukan masjid seperti madrasah.
Mas'alah :
Bolehkah memperagakan sholat khouf, sholat istisqo'
umpamanya di dalam acara latihan dan sebagainya ? apakah tidak termasuk
mempermainkan ibadah?
Jawab :
Memperagakan sholat khouf dan sebagainya apabila dimaksudkan
untuk ta'lim atau sesamanya, hukumnya boleh dan tidak termasuk mempermainkan
ibadah.
Dasar pengambilan :
Al Manhalul 'Adzbul
Maurud Syarah Sunan Abi Dawud II / 283
عن ابن عبّاس قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم أمّنى جبريل عليه السّلام عند البيت مرّتين فصلّى بى الظّهر حين زالت الشّمس وكانت
قدر الشراك، وصلّى بى العصر حين كان ظلّه مثله، وصلّى بى المغرب حين أفطر الصّائم،
وصلّى بى العشاء حين غاب الشّفق، وصلّى بى الفجر حين حرّم الطّعام والشّراب على الصّائم...الحديث
(رواه أبو داود فى سننه) وفى شرحه المنهل العذاب المورود فى شرح سنن أبى داود ج
282 ما نصّه:
...وظاهره صحّة الاقتداء بالمقتدى لأنّ الصحابة
لم يشاهدوا جبريل وإلاّ نقل ذلك، والأظهر دفعه بَأَنَ إمامة حبريل لم تكن على حقيقته
بل على النسبة الجاريّة من دلالته بالإيماء والإشارة إلى كيفية أداء الأركان وكميّتها
كما يقع لبعض المعلّمين حيث لم يكونوا فى الصّلاة ويعلّمون غيرهم بالإشارة القولية:
Terjemah :
Dari Ibnu Abbas ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda : Jibril AS mengimami saya dua kali di rumah,
ia sholat dzuhur dengan saya ketika matahari sudah bergeser ke arah barat
Jamal Fathul Wahab
I / 55
لو تطّهر عن حدث أو لعبادة لتلاعبها...الخ
قونه عن حدث أو لعبادة بأن قصد رفع الحدث أو التعبّدَ به كغسل الجمعة. فظهر من قوله
لتلاعبها انّ حدثها لا يرتفع وتعبّدها بالغسل لا يصحّ فى حالة الحيض وعبارة م (وممّا
يحرم عليها الطّهارة عن الحدث بقصد التعبّد مع علمها بالحرمة لتلاعبها فالعبادة لا
تصير عبادة الاّ بنيّة العبادة).
Terjemah :
ولو أذّن قبل الوقت بنيّته حرم ذلك عليه
لأنّه متعاط عبادة فاسدة (قوله لأنّه متعاط عبادة فاسدة) وقضية قول الشّارح قبل ولو
أذن قبل الوقت حُرِمَ أن ينال هنا بالتّحريم حيث أذن بنيّته أى وإن أذن لا بنيّته فلا
يحرم انتهى.
Mas’alah :
Bolehkah mengambil air jeding untuk berobat atau lainnya ?
Jawab :
Mengambil air jeding masjid untuk berobat atau lainnya itu
boleh apabila bahwa air tersebut disediakan untuk kepentingan-kepentingan yang
tidak terbatas (Ta’minul intifa’)
Dasar pengambilan :
I’anatu Al
Tholibin III / 171, 172
سئل العلامة الطنبداوى عن الجراب والجرار
التى عند المسجد فيها الماء إذا لم يعلم أنّها موقوفة للشّرب أو الوضوء أو الغسل الواجب
أو المسنون أو غسل النجاسة. فأجاب أنّه إذا دلّت قرينة على أنّ الماء موضوع لتعليم
الانتفاع جاز ما ذكر من الشّرب وغسل النّجاسة وغسل الجنابة وغيرها. ومثال القرينة جريان
النّاس على تعميم الانتفاع بالماء بغسل وشرب و وضوء وغسل نجاسة، فمثل هذا إنتفاع ينال
بالجواز 51.
Terjemah :
Al Alamah Syekh Thombadawi ditanya tentang jirobi dan jiror
(tempat persediaan air) yang ada di dekat masjid, da di situ ada airnya yang
tidak jelas status pewakafan air, baik untuk diminum atau untuk wudlu, atau
untuk mandi wajib / sunnah, atau membasuh najis. Beliau menjawab :
seseungguhnya apabila ada qorinah (tanda-tanda) bahwa air iru disediakan untuk
kemanfaatan umum, maka boleh menggunakannya untuk semua kepentingan di atas,
yaitu untuk minum, membasuh najis, mandi junub dan lain-lainnya. Contoh ada
qorinah (tanda-tanda) terbiasanya manusia dalam menggunakan air tersebut untuk
kemanfaatan secara umum, dengan dipakai untuk mandi, untuk minum, untuk wudlu,
dan untuk membasuh najis. Contoh pemanfaatan air digunakan seperti di atas
adalah boleh.
I’anatu Al
Tholibin I / 55
Al Fatawi Ak Kubro
III / 266
Mas’alah :
Seorang muslim mempunyai isteri kristen, dimana perkawinannya
dilakukan dua kali, pertama secara islam dan kedua secara kristen.
Bagaimana hukumnya pernikahan semacam itu ?
Dan bagaimana kedudukan anak mereka dari hasil perkawinan
tersebut ?
Jawab :
Tidak sah perkawinan seorang islam dengan perempuan kristen
yang tidak diketahui masuknya orang tua dalam agama sebelum diutus Nabi
Muhammad SAW, jika perempuan itu masuk islam dalam aqad nikah pertama, maka
menjadi murtad dengan aqad nikah kedua sebelum dukhul (bersetubuh) sehingga
aqad nikah pertama menjadi batal. Adapun anaknya tidak bisa ilhaq kepada lelaki
tersebut.
Dasar pengambilan :
I’anatu Al
Tholibin III / 296
(تنبيه) اعلم أنّه يشترط أيضا فى المنكوحة
كونها مسلمة أو كتابية خالصة، ذميّة كانت أو حربيّة، فيحلّ مع الكراهة نكاح الإسرائيليّة
بشرط أن يعلم دخول أوّل آبائها فى ذلك الدّين بعد بعثة عيسى عليه السّلام وإن علم دخوله
فيه بعد التّحريف. ونكاح غيرها بشرط أن يعلم دخول آبائها فيه قبلها ولو بعد التّحريف
أن تجنّبوا المحرّف. ولو أسلم كتابى وتحته كتابيّة دام نكاحه وإن كان قبل الدّخول أو
وثنىّ وتحته وثنيّة فتخلّفت قبل الدّخول تنجزت الفرقة أو بعده وأسلمت فى العدّة دام
نكاحه، وإلاّ فالفرقة من إسلامه.
Terjemah :
(peringatan) Perlu diketahui menjadi syarat pula bagi
perempuan yang dinikahi adalah islam, atau kafir kitabi yang mencerai, baik dari kafir dzimy maupun kafir
harby. Maka halal dan makruh menikahi perempuan isroiliyah denga syarat tidak
diketahui masuknya bapak-bapaknya pada agama tersebut setelah ada perubahan.
Dan halal nikah selain isroiliyah dengan syarat, diketahuinya masuknya orang
tua pada agamanya sebelum diutusnya Nabi Isa AS. Meskipun setelah dirubah jika
dia mengetahui perubahan tersebut.
Apabila orang kafir kitabi masuk islam dan ia punya istri
yang berstatus kafir kitabi, maka nikahnya masih tetap (sah dan tidak putus),
meskipun masuknya Islam dia sebelum dukhul (bersetubuh), atau apabila ada orang
kafir wasani masuk Islam, dan istrinya masih kafir wasani, dan perpisahan itu
sebelum dukhul (bersetubuh) maka perceraian itu terjadi (denga perbedaan
agama), atau pisahnya setelah dukhul namun si istri masuk Islam dalam masa
iddah maka masih tetap sah nikahnya, kalau tidak masuk Islam, maka batal
nikahnya (cerai) itu sejaksuami masuk islam.
Al Muhadzab II /
44
و من دخل دين اليهود والنّصارى بعد التّبديل
لا يجوز للمسلم أن ينكح حرائرهم.
Terjemah :
Barang siapa masuk agama yahudi dan nasrani setelah kitabnya
diganti, maka bagi orang Islam tidak boleh menikahi mereka (mesikpun sudah
dimerdekakan)
Fathu Al Wahab II
/ 64
وردّة من الزّوجين أو أحدهما قبل دخول وما
فى معناه من استدخال منّى تنجز فرقة بينهما لعدم تأكّد النّكاح بالدّخول أو فى معناه.
وبعده توقفها، فإن جمعهما إسلام فى العدّة دام نكاح بينهما لتأكّده بما ذكر وإلا فالفرقة
بينهما حاصلة من حين الرّدّة منهما أو من أحدهما.
Terjemah :
Dan murtad dari kedua suami istri, atau salah satunya
sebelum dukhul (bersetubuh) dan dengan pengertian dukhul yaitu , memasukkan mani sang suami pada
vagina istri. Maka hal itu akan terjadi erat antara keduanya. Karena nikah
tidak dapat dikuatkan dengan dukhul (bersetubuh) atau sesamanya.
Seansainya dalam masa iddah keduanya kumpul bersama dalam
Islam (sama-sama masuk Islam) maka menjadi kekal pernikahan keduanya (tidak
terjadi perceraian) karena kekuatan nikah ada pada kesamaan agama. Kalau tidak
bisa kumpul dalam satu agama, maka perceraian terjadi sejak dia murtad keduanyan
atau salah satunya.
Bujairomi IV / 202
فرع: المرتد إن انعقد قبل الرّدّة أو فيها
وأحد أصوله مسلم فمسلم تبعا له، والإسلام يعلو، أو أحد أصوله مرتدّ فمرتدّ تبعا لا
مسلم كافر.
Terjemah :
(far’un) orang murtad jika kejadiannya sebelumnya murtad ada
pada waktu murtad dan salah satu orang tuanya Islammaka ia dihukumi Islam,
karena mengikuti orang tuanya. Dan Islam adalah tinggi (di Atas). Atau salah
satu antara orang tuanya murtad, maka ia dihukumi murtad karena mengikuti
oarang tuanya. Bukan Islam dan bukan kafir.
Mas’alah :
Bagaimana hukumnya orang Islam menjual / melayani makanan
minuman kepada orang-oarang yang tidak puasa pada siang hari Romadhon ?
Jawab :
Haram, sebab terdapat unsur membantu maksiat. Demikian itu
kalau diketahui bahwa oarang tersebut akan makan pada waktu siangnya, atau ada
tanda yang menunjukkan bahwa orang tersebut tidak berpuasa tanpa ada udzur.
Dasar pengambilan :
I’anatu Al
Tholibin III / 24
وكإطعام مسلم مكلّف كافرا مكلّفا فى نهار
رمضان: وبيعه طعاما علم أو ظنّ أنّه يأكله نهارا.
Terjemah :
Dan seperti memberi makan bagi orang Islam yang mukalaf
kepada orang kafir di hari siang bulan Ramadhan (itu haram) dan menjual makanan
yang diketahui atau diperkirakan pembelinya atau makan di siang hari bulan
Ramadhan (itu juga haram).
Al Syarqowi II /
14
ويعلم ذلك كما قاله: وحرمة إطعام مسلم كافرا
مكلّفا فى نهار رمضان وكذا بيعه طعاما عُلِمَ أو ظنّ أنّه يأكله نهارا لأنّه تسبّب
فى المعصية وإعانة عليها بناء للقول الرّاجح فى تكليف الكفّار بفروع الشّرعيّة.
Terjemah :
Dan sudah maklum hal
tersebut apa yang dikatakan, yaitu : haram bagi orang Islam memberi makanan di
siang hari bulan Ramadhan kepada orang kafir (orang tidak berpuasa). Begitu
juga haram menjual makanan yang diketahui atau diperkirakan bahwa pembeli akan
makan di siang hari pada bulan Ramadhan, karena itu menjadi sebabnya maksiat
dan menolong pada maksiat. Berpedoman pada qoul rojah tentang taklifnya orang
kafir dengan cabangan syariat.
An Nihayah III /
55
Mirqotussu’ud : 81
Mas’alah :
Melakukan umroh sebelum syawal, kemudia sekaligus melakukan
ibadah haji pada tahun itu juga apakah termasuk haji tamatu’ yang ?
Jawab :
Termasuk haji tamatu’ yang tidak wajib dam.
Dasar pengambilan :
Nihayatu Al Muhtaj
III / 316
وإن تقع عمرته فى أشهر الحجّ من سنته أى
الحج، فلو وقعت قبل أشهر الحج وأتمّها فيها لم يلزمه دم لعدم جمعه بينهما فى وقت الحجّ.
Terjemah :
Jika terjadi umroh di bulan-bulan haji pada tahunnya (haji).
Seandainya terjadi umroh sebelum bulan haji dan kemudian disempurnakan pada
bulan haji, kemudian ia melakukan haji, maka baginya tidak wajib dam (denda)
karena ia tidak mengumpulkan keduanya dalam waktu haji
Al Syarqowi I /
465
فلو اعتمر قبل أشهره أو فيها وحجّ فى عام
قابل فلا دمَّ عليه لأنّه لم يجمع بينها فى الأولى.
Terjemah :
Jika seseorang berumroh sebelum bulannya atau di dalam
bulannya kemudian ia haji pada tahun berikutnya (yang akan datang) maka baginya
tidak wajib dam. Karena ia tidak mengumpulkan keduanya di tahun pertama.
Busyrol Karim 109
فإن أحرم بها فى غير أشهره ثمّ أتمّها ولو
فى أشهره ثمّ حجّ فى سنته لم يلزمه دمّ لإنّه لم يجمع بينهما وقت الحجّ فأشبه المفرد.
Terjemah :
Jika seseorang ihom umroh pada selain bulan haji, kemudian
ia menyempurnakannya walau pada bula haji, kemudian ia haji pada tahun haji,
maka ia tidak wajib membayar dam, karena ia tidak mengumpulkan antara keduanya
dalam waktu haji, sehingga menyerupai haji ifrod.
AL Fiqh Alal
Madzhabil Arba’ah I / 189
Mas’alah :
Apakah petani cengkeh, tembakau, karet dan lain-lain tanaman
yang tidak termasuk bahan makanan pokok waktu ikhtiyar itu wajib zakat, karena
dianggap barang dagangan ?
Jawab :
Tidak wajib zakat menurut madzhab Imam Syafi’I, kecuali
kalau tanah dan bibitnya dari bahan dagangan dan tidak niat diperdagangan. Akan
tetapi kalau kita bertaqlid pada Madzhab Hanafi, maka wajib zakat secara
mutlak.
Dasar pengambilan :
Tuhfatul Muhtaj
III / 295
نعم لو كان كلّ من الأرض والبذر الّذى زرع
هو فيها أرض تجارة كأن اشترى كلّ منهما بمتاع التّجارة أو بنيّة التّجارة كان منه مال
التّجارة تجب الزّكاة بشرطها كما يأتى عن العناب وغيره إلى أن قال وأمّا إذا كان أحدهما
للقنية فلا يكون النّابت حينئذ مال التجارة.
Terjemah :
Betul jika sesuatu dari bumi dan biji yang ditanam pada bumi
itu untuk berdagang, seperti setiap satu dari keduanya dibeli dengan harta
perdagangan maka yang tumbuh darinya menjadi harta perdagangan yang wajib
mengeluarkan zakan dengan syarat-syaratnya seperti yang akan datang dari Al
Ubbab dan lainnya. Sampai dengan kata-kata: adapun jika salah satu keduanya
untuk qinayah (murni bukan untuk dagang) maka segala yang tumbuh bukan
dinamakan perdagangan
Al Muhadzab I /
159
ولا يصير العرض للتّجارة إلاّ بشرطين أحدهما
أن يملكه بعقد يجب فيه العوض كالبيع والاجارة والنّكاح والخلع. والثّانى أن ينوى عند
......أن يتملّكه للتّجارة إنتهى.
Terjemah :
Tidak secara otomatis harta menjadi harta perdagangan
kecuali dengan dua syarat :
Satu cara pemilikan dengan aqad (transaksi) yang ada iwad
(pengganti) seperti persewaan, jual beli, nikah dan
Al Itsmidul Ainain
48
مسألة: أفاد أيضا أن مذهب أبى حنيفة وجوب
الزّكاة فى كلّ ما خرج من الأرض إلاّ حطبا أو قصبا أو حشيشا ولا يعتبر نصابا. وعند.....أحمد
فيما يؤكل أو يوزن أو يدّخر للقوت ولا بدّ من النّصاب عند مالك كالشافعى.
KEPUTUSAN BAHTSUL
MASAIL SYURIYAH
NU WILAYAH JAWA TIMUR
DI PP ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN
TGL 27 S/D 29 JULI
1984
Mas’alah :
Kalau ada kapal yang punya anak seratus orang muslimin
ditugaskan berlaya selama sebelas bulan misalnya. Apakah mereka wajib iqomatul
jum’ah di dalam kapal tersebut ? apakah sah ?
Jawab :
Tidak wajib iqomatu jum’ah. Dan apabila melaksanakannya
tidak sah dan tidak khilaf (perbedaan pendapat) di antara Imam Madzhab empat.
Dasar pengambilan :
AL Mizan Al Kubro
I
ومن ذلك قول الشافعي لا تصحّ الجمعة إلا
فى أبنية يستوطنها من تنعقد بهم الجمعة مع قول بعضهم لا تصحّ الجمعة إلاّ فى قرية اتّصلت
بيوتها ولها مسجد وسوق مع قول أبى حنيفة إنّّ جمعة لا تصحّ إلاّ فى مصر لهم سلطان.
Terjemah :
Termasuk hal tersebut adalah pendapat Imam Syafi’i yaitu :
tidak sah jum’atan kecuali bagi orang yang menetap (berumah tangga) pada suatu
bangunan dan dianggap sah mereka untuk memenuhi syarat jum’ah. Juga pendapat
sebagaian ulama’ yaitu : tidak sah jum’atan kecuali dala suatu desa yang
rumahnya berdekatan dan ada masjid, dan pasar di desa itu. Juga pendapat Abu
Hanifah yang mengatakan : seseungguhnya jum’atan tidak sah kecuali di suatu
kota yang punya kepala negara.
Hamisy Al Qulyuby
I / 672
ولو لم يلازمه أبدا بأن انتقلوا عنه فى
الشتاء أو غيره فلا جمعة عليهم جزما ولا تصحّ منهم فى موضعهم.
Terjemah :
Meskipun mereka tidak menetap selamanya, seperti halnya,
mereka berpindah dari tempatnya pada waktu musim hujan atau lainnya, maka bagi
mereka tidak wajib jum’atan, dan tidak sah mereka melakukan jum’atan di tempat
mereka.
Adalah Dien Wal
Haj 58
اجتمعت الأئمة على أنّ المسافر لا تجب عليه
الجمعة إلاّ إذا نوى الإقامة أربعة أياّم تامّة، وإنّها لا تصحّ إلاّ فى دار الإقامة،
وعلى ذلك فلا تصحّ صلاة الجمعة فى الباخرة ولا فى غرفة لأنّهما ليسا بدار الإقامة.
Terjemah :
Telah sepakat beberapa Imam bahwa, musafir (orang yang
bepergian) tidak wajib baginya jum’atan. Kecuali bila ia niat bermukim selama
empat hari penuh. Dan jum’atannya juga tidak sah, kecuali di daerah pemukiman.
Dengan demikian tidak sah jum’atan dilakukan di kapal laut dan di
kamar-kamaran, karena keduanya bukan termasuk bagian dari desa pemukiman.
Mas’alah :
Masih hidupkah Nabi Khidlir itu ? dan bagaimana orang yang
mengaku bertemu dengan Nabi Khidlir ? padahal di dalam Al Qur’an ada ayat :
وما جعلنا لبشر من فلبك الخلد
Jawab :
Tentang masih hidup dan matinya Nabi Khidlir AS terdapat
perbedaan pendapat, akan tetapi kebanyakanUlama’ menyatakan masih hidup. Adapun
kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidlir AS itu bisa saja terjadi.
Dasar pengambilan :
Tafsir Al Khozin
III / 209
واختلف العلماء فى أنّ الخضر، أحيّ أم ميّت،
وقيل إنّه حيّ وهو قول الأكثرين من العلماء، وهو متفق عليه عند مشايخ الصوفية وأهل
الصلاح والمعرفة. والحكاية فى رؤيته والإجتماع به و وجوده فى المواضع الشريفة و مواطن
الخير أكثر من أن تحصى.
Terjemah :
Terjadi perselisihan di antar para Ulama’ apakah Nabi
Khidlir masih hidup atau sudah mati ? dikatakan bahwa Nabi Khidlir masih hidup
dan itu perkataan / pendapat kebanyakan para Ulama’. Dan itu merupakan
kesepakatan bagi para guru-guru sufi (ahli tasawuf) dan ahli kebaikan serta
ahli ma’rifat. Dan juga cerita tentang terlihatnya Nabi Khidlir dan
berkumpulnya. Dan masih nampak pada tempat-tempat yang mulya dan tempat-tempat
baik yang banyak tidak terhitung.
Tafsir Munir II /
370
(وما جعلنا لبشر من قبلك الخلد) البقاء فى
الدنيا (أفإن مُتّ) يا أشرف الخلق (فهم خالدون) فى الدنيا أي إن مُتّ أنت يا خاطم الرسل
أفى يبقى هؤلاء حتّى سيموت بموتك. ومثاله ما فى الصاوى ج 1 ص.
Terjemah :
Dan saya tidak menjadikan manusia sebelum kamu (Muhammad)
yang kekal di dunia, adakalanya kamu mati, wahai lebih mulya makhluk, mereka
adalah kekal di dunia, artinya : jika kamu mati wahai Rasul terakhir apakah
mereka kekal ? sampai mau mati dengan matimu.
Mas’alah :
Bagaimanakah hukumnya laki-laki yang memakai sarung tenun
yang seratus persen terdiri dari benang sutera. Dan bagaimana pula sarung
lelaki tetapi dipakai oleh wanita. Apakah tidak termasuk tasyabuh bir rijal
(menyerupai orang laki-laki) ?
Jawab :
Orang laki-laki memakai sarung tenun (harir) seratus persen
hukumnya haram. Orang perempuan memakai sarung laki-laki tidak sebaliknya, jika
di daerah yang biasanya tidak khusus bagi laki-laki atau perempuan dan tidak
sampai berlagak laki-laki atau perempuan. Tidak haram.
Dasar pengambilan :
Mughni Al Muhtaj I
/ 206
(فصل) يجكم على الرجل استعمال الحرير بفراش
وغيره إلى عن قال: ويحرم المركّب من إبريسم وغيره إن زاد ذلك الإبريسم، ويحلّ عكسه،
وكذا إن استوايا فى الأصحّ.
Terjemah :
(fasal) Haram bagi laki-laki memaki sutera harir untuk alas
atau selainnya … s/d … haram campuran sutera ibrosim dan lainnya jika sutera
ibrolsim lebih banyak, jika sebaliknya (sutera ibrosim lebih sedikit) maka
boleh. Begitu juga boleh bila sama menurut yang ashoh.
Fathu Al Wahab I /
82
حرم على الرجل استعمال حرير ولو قزّا
Terjemah :
Haram bagi lelaki memakai sutera harir meskipun berupa
sutera quz
Fathu Al Bari XII
/ 452
فأمّا هيئة اللباس فتختلف باختلاف عادة
كلّ ولد، فربّ قوم لا يفترق زيّ نسائهم من رجالهم فى اللبس لكن تمتاز النساء بالإحتجاب
والإستتار.
Terjemah :
Adapun kondisi / tingkah pakaian berbeda dengan berbedanya
kebiasaan setiap negara. Dan banyak sekali orang yang tidak membedakan pakaian
/ hiasan perempuan dari laki-lakinya dalam berpakaian, tetapi para wanita sama
dibedakan dengan cara menutup atau bersembunyi.
Mas’alah :
Al Ismu Al A’dzom yang sengaja ditulis dengan kalam ajam
(selain arab) di dinding-dinding masjid, mushola, kain-kain taplak meja, sapu
tangan, dan keset-keset kaki. Bagaimana hukumnya ? demikian pula plastik dan
pembungkus-pembungkus makanan yang bertuliskan lafadz Al Jalalah. Apakah hal
semacam itu termasuk menulis lafadz Al Jalalah tidak pada tempatnya ? dan
bagaimana hukumnya ?
Jawab :
Al Ismu Al A’dzom yang ditulis dengan kalam ajam (Al Khotul
ajam) di dinding-dinding masjid, kain-kain, itu boleh akan tetapi makruh, kalau
mengandung unsur ihanah.
Dasar pengambilan :
I’anatu Al
Tholibin I / 69
(قوله: ومدّ الرّجل للمصحف ما لم يكن على
مرتفع) بالرفع عطف على تمكين أيضا، أي ويحرم مدّ الرجل لما فيه من الإزدراء به. وقال
فى المغنى: ويحرم الوضع على فراس أو خشب نوقش بالقرآن كما فى الأنوار (جز 1 ص: 33)
أو بشيئ من أسمائه تعالى.
Terjemah :
(dan memanjangkan kaki ke arah mushaf, selama mushaf tidak
berada pada tempat yang tinggi). Artinya : haram memanjangkan kaki ke arah Al
Qur’an (mushaf) karena hal itu ada unsur merendahkan Al Qur’an. Dalam kitab
Nughni dikatakan : haram menginjak alas (kambal) atau kayu papan yang diukir
dengan Al Qur’an seperti keterangan dalam kitab Al Anwar, jilid 1 hal 33 atau
diukir dengan sesuatu dari Asma, Allah SWT.
Al Iqna’ I / 95
ويكره كتب القرآن على حائط ولو لمسجد وسياب
وطعام ونحو ذلك ويحرم المشي على فراش أو خشب نوقش بشيئ من القرآن.
Terjemah :
Makruh menulis Al Qur’an di tembok walaupun tembok masjid,
pakaian dan makanan serta sesamanya. Dan haram berjalan pada alas (lemek) atau
papan yang diukir dengan sesuatu (lafadz) Al Qur’an.
Ahkamu Al Fuqoha’
III / 64
KEPUTUSAN BAHTSU AL
MASAIL SYURIYAH
NU WILAYAH JAWA TIMUR
DI PP MAMBA’U AL
MAARIF DENANYAR JOMBANG
TGL 7 – 8 ROJAB 1405
/ 29 – 30 MARET 1985
Mas’alah :
Bolehkah dalam
aqad pinjam (hutang) mensyaratkan persyaratan dikaitkan dengan jangka waktu
pinjaman, sekedar untuk menyesuaikan dengan nilai mata uang, agar masing-masing
pihak (yang hutang dan yang menghutangi) tidak merasa dirugikan >
Kalau seseorang
hutang dari orang lain berupa mata uang dolar misalnya dan membayarnya dengan
uang rupiah, kurs manakah yang dipakai, kurs pada saat berhutang ataukah kurs
pada saat membayarnya ?
Jawab :
Perjanjian itu
boleh, sedangkan syaratnya mukghah (tidak mempengaruhi hukum).
Karena ternyata
nilai mata uang itu berubah-ubah, maka ada perbedaan pendapat di antara para
Ulama’ :
Apabila nilai
mata uang itu tetap (tidak merosot) maka harus dikembalikan sejumlah hutangnya.
Apabila
nilainya merosot, maka harus dikembalikan nilai hutangnya waktu membayarnya.
Dasar pengambilan :
Fathu Al Wahab I /
192
أو شرط أن يردّ أنقص قدرا أو صفة كردّ مكسّر
عن صحيح أن يقرضه غيره أجلا بلا غرض صحيح أو به والمقترض غير مليئ لغا الشرط فقط لا
العقد لأنّ ما جرّه من المنفعة ليس للمقرض بل للمقترض أو لهما والمقترض مكسر والعقد
عقد عرفاق و وعده وعدا حسنا.
Terjemah :
Atau orang yang hutang mensyaratkan untuk mengembalikan
(benda) yang lebih rendah kualitasnya (kadar atau sifatnya) seperti
mengembalikan benda yang utuh. Atau (yang dihutangi) menghutangkan kepada
peminjam terhadap selain qordlu (aqad hutang). Atau menghutangi dengan jangka
waktu tanpa ada tujuan yang sah, atau ada tujuan yang sah tetapi penghutang
tidak mampu (tidak kaya pada wajtu yang ditentukan). Maka hanya syaratnya yang
mulghoh 9tidak terpakai). Nukan aqadnya (transaksinya sah). Karena sesuatu yang
mengambil keuntungan dalam transaksi tersebut, buka untuk menghutangi, tetapi
untuk penghutang. Atau (manfaat) kembali kepada keduanya (penghutang dan yang
dihutangi), tetapi penghutangnya miskin. Transaksinya dinamakan transaksi
pemberian kemanfaatan, seakan-akan orang yang dihutangi menambah dalam
memberikan kemanfaatan, dan janjinya dinamakan janji yang baik.
Bujairomi Ala
Fathi Al Wahab II / 355
ومثال نقد الفلوس الجديد وقد عمّت البلوى
فى الديار المصرية فى غالب الأزمنة فحيث كان لذلك قيمة أي غير تافهة ردّ مثله والارد
قيمته باعتبار أقرب وقت إلى وقت المطالبة له فيه قيمة.
Terjemah :
Disamakan dengan NUQUD aialah FULUS (uang logam) yang baru.
Dan telah umum kondisi di daerah Misriyah dalam umumnya masa (zaman). Sekira
hal tersebut ada nilainya, artinya tidak berubah, maka supaya dikembalikan
sebesar nilainya. Dengan memperhitungkan lebih dekat-dekatnya waktu, sampai
waktunya menagih janji bagi penghutang dalam mengembalikan senilai hutangnya.
Tarsihu Al
Mustarsyidin 233
ويجب على المقترض ردّ المثل فى المثلى وهو
النقد والحبوب ولو نقدا أبطله السلطان لأنّه أقرب إليّ حقّه وردّ المثلي سورة فى المتقوّم
وهو الحيوان والثياب والجواهر.
Terjemah :
Wajib bagi orang yang hutang MISLY (benda yang ada
sesamanya) untuk mengembalikan ALMISLU (benda yang sama) yaitu : nuqud,,
biji-bijian, meskipun berupa nuqud yang sudah direvisi oleh penguasa negara
(sulton), karena hal tersebut lebih mengarah kepada haknya. Dan wajib
mengembalikan ALMISLI SUROTAN (sesamanya bentuk) pada sesuatu yang dihitung
dengan nilai, yaitu hewan, pakaian dan perhiasan.
Mas’alah :
Kalau terjadi orang yang berpendirian : Hasib wajib
mengamalkan hisabnya dalam melakukan ibadah ternyata hitungannya mengenai waktu
wukuf tidak sama dengan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah : “Al
Mamlukatu ‘Arobiyah Assa’udiyah” (misalnya menurut hitungan hisabnya, waktu
wukuf yang ditetapkan pemerintah Saudi itu jatuh tanggal 10 Dzulhijjah) tetapi
karena sudah menjadi ketetapan pemerintah, terpaksa dia ikut melaksanakan
wukuf, meskipun dalam hati dia tetap berkeyakinan bahwa hari wukuf itu adalah
10 Dzulhijjah, dahkah ibadah hajinya ?
Jawab :
Sah ibadah hajinya orang tersebut walaupun keyakinan
hisabnya bertentangan dengan pemerintah Saudi Arabia yang berpedoman rukyat.
Dasar pengambilan :
1. Bughyatu Al
Mustarsydin 110
نعم إن عارض الحساب الرؤية فالعمل عليها
لا عليه كل قول.
Terjemah :
Betul … Apabila hisab bertentangan dengan rukyat maka yang
dipakai adalah rukyat, bukan hisab, menurut semua pendapat
2. Hasyiyah Al
Idhoh hal 153
وله تردّد طويل فيما إذا ظنّ بعض الحجّاج
صدق الشهود هل له اعتياده أو يلزمه كما فى رمضان، وفيما لو أخبره بالرؤية من يعتقد
صدقه وفيما لو عرف الوقت بمقتضى الحساب وفيما لو رأى الهلال خارج مكة ثمّ قدم فوجد
أهلها رأوه على خلاف رؤيته والذى يظهر لي فى ذلك.....فى غير الاخيرة مخيّر بين أن يعمل
بمقتضى ظنّه وبين أن يخيف مع الناس لأنّه على فرض الغلط يجزئ هنا بخلاف رمضان.
Terjemah :
Baginya ada keragu-raguan yang panjang dalam suatu masalah,
ketika jama’ah haji menyangga atas kejujuran saksi, apakah baginya (sebagian
jama’ah haji) diperbolehkan berpegangan kepada (saksi) atau diharuskan? Seperti
dalam bulan puasa?. Dan pula (dalam masalah) bila ada orang yang diyakini
kejujurannya mengabarkan kepadanya (sebagian jama’ah haji) tentang rukyatul
hilal. Dan (dlam masalah) jika dirinya (sebagaian jama’ah haji) mengetahui
waktu sesuai dengan hisab. Dan (dalam masalah) jika dirinya melihat hilal di luar
mekah, kemudian ia datang ke mekah menemukan penduduk mekah melihat hilal
bertentangan dengan rukyat dirinya. Maka menurut pendapat yang jelas bagi saya
(mushonif) dalam masalah-masalah tersebut di atas, sesungguhnya bagi dirinya
(sebagaian jama’ah haji), pada selain masalah yang terakhir diperbolehkan
memilih antara mengikuti persangkaan yang ada pada dirinya, atau berorientasi
pada manusia (selain dirinya). Karena dirinya dalam masalah ini berada di
posisi yang salah, lain halnya dengan masalah puasa bulan Ramadhan.
Mas’alah :
Orang yang berternak ikan bandeng dengan tujuan setelah tiba
waktu panen ikan tersebut, ikan-ikan akan diambil dan dijual, hasil penjualan
akan dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lazimnya orang berumah
tangga. Setelah sampau delapan bulan sejak berternak, maka ikan-ikannya pun
diambil dan dijual semuanya. Hasil penjualan mencapai uang senialai setengah
kilo gram emas dan dibelanjakan untuk kebutuhan hidup, sisanya senilai 50 gram
emas dibelikan bibit bandeng untuk diternakkan lagi dengan tujuan yang
seudah-sudah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Follow us on facebook
Popular Posts
-
KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP AN-NUR TEGAL REJO PRAMBON NGANJUK TGL 26-27 SYAWAL 1401 H/ 26-27 AGUS...
-
KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAN TGL 22-23 NOPEMBER 1981 Mas’alah: ...
-
KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO TGL 15-16 DZULHIJJAH 1399 H / 5-6 ...
-
KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP. SALAFIYAH SUKOREJO ASEMBAGUS TGL 16-17 JUMADIL ULA 1400 H/ 2-3 A...
-
KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JAWA TIMUR DI PP QOMARUDDIN BUNGAH GRESIK Mas’alah : Kebanyakan buruh tani...
-
ASMA’UL KHUSNA DAN MANFA’ATNYA "ALLAH mempunyai Asmaa-Ul-Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat ALLAH...
-
Dia campurkan api dan tumbuh-tumbuhan, maka bentuk jin dijadikan,sebagai ruang di antara dua keadaan.Ia adalah di antara roh yang ber...
-
Fadhilah Wanita Point-point dari halaman ini terdapat di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, Misykah, Riadlush Shalihin, Uqudilijjain, Bhahish...
-
Peringatan tentang sahwat Dari ibnu Abu Dzerr ra,dia berkata Rasulullah muhammad saw,bersabda : -sedikitkanlah sahwat,agar kemis...
-
ASMA’UL KHUSNA DAN MANFA’ATNYA "ALLAH mempunyai Asmaa-Ul-Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat ALLAH S.W.T.),...
Formulir Kontak
Follow us on Facebook
About Me
Blog Archive
-
▼
2016
(12)
-
▼
Mei
(12)
- fadilah asmaul khusna
- keputusan bahtsul masail syuriysh NU jawa timur\
- keputusan bahsul masail NU jawa timur (4)
- KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JA...
- KEPUTUSAN BAHTSU AL-MASAIL SYURIYAH NU WILAYAH JA...
- keputusan bahsul masail suriyah Nu jawa timur (1)
- Proses kejadian manusia ,malaikat dan jin
- ilmu pengetahuan dan kebatinan
- Peringatan tentang sahwat
- keutamaan wanita /fadhilah wanita
- ASMA’UL KHUSNA DAN MANFA’ATNYA
- Pengantar
-
▼
Mei
(12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar